Kepala BNPT Minta Kaum Millennial RNI Lebih Berhati-hati Dalam Menggunakan Sosial Media
Suhardi Alius yang juga mantan Kapolda Jawa Barat ini meminta kepada kaum millennial RNI ini untuk lebih berhati-hati dalam menggunakan sosial media.
Editor: Toni Bramantoro
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT), Komjen Pol. Drs. Suhardi Alius, MH, di hadapan sekitar 150 karyawan muda dari 11 anak perusahaan RNI Group yang tersebar di seluruh Indonesia mengatakan karyawan muda yang merupakan generasi milenial di lingkungan yaitu PT Rajawali Nusantara Indonesia (RNI) Grup yang merupakan salah satu Badan Usaha Milik Negara (BUMN) diharapkan terus meningkatkan rasa nasionalisme untuk mencintai bangsa Indonesia dengan mempertebal wawasan kebangsaan dan sejarah berdiirnya bangsa Indonesia.
"Hal ini agar para kaum millennial yang akan memimpin bangsa Indonesia ke depan yang ada di lingkungan PT RNI ini dapat terhindar dari infiltrasi penyebaran paham radikal terorisme," ungkap Suhardi Alius di Ruang Auditorium Gedung RNI, Rabu (31/7/2019).
Kegiatan sharing session dengan Kepala BNPT ini bertepatan dengan acara Launching RNI Millenials.
“Kaum millennial ini akan menjadi target daripada brainwashing dari kelompok radikal. Karena mereka ini adalah masa depan Indonesia, Oleh sebab itu sangat tepat begitu direksi mengumpulkan karyawannya khususnya kaum millennial, karena mereka ini yang mudah untuk diprovokasi, diintervensi untuk dipengaruhi oleh kelompok-kelompok itu (radikal terorisme),” ujar Suhardi Alius.
Lebih lanjut mantan Sekretaris Utama (Sestama) Lemhanas RI ini menjelaskan, kaum mellenial yang selama ini sebagian besar pengguna sosial media, tentunya berbahaya sekali kalau sampai terpapar paham radikal terorisme yang selama ini disebarkan oleh kelompok tersebut melalui sosial media.
“Karena masih banyak yang tidak paham literasi digital dan tidak mempunyai kemampuan melakukan filter konten yang tersebar di dunia maya. Kemudahan lalu-lalang informasi di dunia maya, khususnya di media sosial dapat menjadi pintu masuk indoktrinasi paham radikalisme negatif yang berujung dengan ancaman terorisme yang mengancam persatuan dan kesatuan bangsa,” kata mantan Kabareskrim Polri ini.
Suhardi Alius yang juga mantan Kapolda Jawa Barat ini meminta kepada kaum millennial RNI ini untuk lebih berhati-hati dalam menggunakan sosial media.
“Saya katakan tadi, tolong hati-hati. Bisa saja mereka terinfiltrasi dengan secara pelan-pelan, karena dibungkus dengan kemasan-kemasan yang macam-macam. Jangan mudah percaya begitu saja, tanamkan Cek n Ricek, kemudian pandu dengan wawasan kebangsaan. Sehingga dia betul-betul mendapatkaninformasi yang akurat demi kepentingan bangsa dan negara,” katanya.
Untuk itu oria kelahiran Jakarta, 10 mei 1962 ini berharap apa yang telah disampaikan dalam paparannya untuk bisa mendasari itu semuanya dalam melawan propaganda-propaganda yang dihembuskan kelompok radikal tersebut kepada para generasi muda.
“Dan yang bisa melawan adalah rasa kebangsaan, nasionalisme. Jangan lupakan sejarah, jangan lupakan kebangsaan kita, mudah-mudahan mereka menjadi orang-orang yang betul-betul berjuang untuk Negara Kesatuan Republik Indonesia,” tuturnya.
Saat memberikan pembekalan Kepala BNPT juga mengimbau kepada para peserta untuk ikut berperan aktif dan jangan apatis dalam mengidentifikasi perubahan yang terjadi di sekitar mereka.
Karena anak muda tidak hanya dituntut untuk menjadi unggul dan menang dalam kompetensi akademis atau secara profesional kerja, tapi juga harus secara moral membentengi diri dengan kualitas naluri kebangsaan.
“Jika ada perubahan-perubahan yang terjadi di sekitar lingkungan kerja kalian, tolong sampaikan kepada pimpinan kalian, jangan diam dan cuek. Generasi muda harus punya sense of crisis, punya naluri kebangsaan untuk mencegah hal-hal yang tidak baik yang dapat membahayakan bangsa ini,” ujar mantan Kepala Divisi Humas Polri ini.
Bahkan salah satu peserta sharing session merasa terinspirasi dengan pendekatan soft power yang dilakukan BNPT dalam menghadapi permasalahan terorisme yang sangat pelik. Kunci dari itu semua diungkapkan oleh Suhardi Alius yaitu dengan berfikir out of the box dan memiliki rasa empati terhadap satu sama lain.