Buntut 4 Warga Tewas Tertimbun Truk Tanah di Tangerang, Warga Kosambi Demo, Sandera 3 Truk Tanah
Persoalan truk tanah di Kabupaten Tangerang, Kota Tangerang dan wilayah yang berbatasan dengan Ibu Kota, belum kelar-kelar.
Editor: Hasanudin Aco
“Masyakarat Kecamatan Kosambi sudah empat kali ini menggelar aksi ini. Tak ada yang mengkoordinasi. Ini murni warga bergerak. Kami sudah kesal dengan truk-truk tanah yang melanggar ini,” ujar perwakilan masyarakat bernama Wahyudi.
Permintaan warga tak muluk-muluk.
Hanya penegakan Peraturan Bupati (Perbup) Tangerang Nomor 47 Tahun 2018 tentang Pembatasan Jam Operasional Angkutan Barang.
Dalam Perbup ini, truk tanah dan kendaraan berat boleh beroperasi mulai pukul 22.00 hingga 05.00 di seluruh Kabupaten Tangerang.
“Sudah terlalu banyak korban jiwa. Salah satu korban istri saya jatuh sepulang kerja, pendarahan akhirnya meninggal. Tindak tegas truk-truk tanah yang melanggar,” ujar Wahyudi geram.
Setelah beberapa kali pertemuan dan mediasi, penegakan Perbup ini nyatanya masih letoy. Setiap hari, tak sedikit truk yang ngeyel melanggar aturan.
“Dinas Perhubungan memang menindak, tapi truk cuman difoto, terus pulang lagi. Besok ada lagi yang melanggar lebih banyak,” keluh Wahyudi.
Warga Kosambi lainnya, Supriyadi, juga menyampaikan kekhawatirannya. Menurutnya, jika melintas di luar jam yang diatur Perbup, nyawa warga terancam.
“Truk tanah ini sudah menggangu warga. Kami hanya ingin Pergub ditegakkan. Tidak menyetop 24 jam kok. Sudah banyak yang mati dan jadi korban. Setop mobil tanah besok. Jangan ada aktifitas.
Aktifitas warga setiap pagi, anak sekolah, pergi ke pasar, terancam menjadi korban truk tanah yang melanggar ini. Kemarin saja, di Kawaraci, empat orang meninggal,” ungkapnya.
Seperti diketahui, Kamis pekan lalu, kecelakaan naas truk tanah menimpa mobil Sigra terjadi di Jalan Imam Bonjol, Cibodas, Karawaci, Kota Tangerang. Mobil remuk menewaskan empat orang.
Warga lainnya mengeluh kemacetan yang bikin usahanya merugi.
“Jam kerja molor, pengantaran barang ngaret, waktu terbuang. Ini kan kompleks pergudangan yang butuh akses lancar pengiriman barang. Kami sudah rugi banyak bertahun-tahun karena kemacetan,” tegas Yudi.
Hingga pukul dua siang, unjuk rasa belum menemui hasilnya.
“Bupati tahu, Dishub tahu, tapi tak ada ketegasan. Kalau ikutin alur, mediasi, gak akan ada hasil. Kita akan aksi terus,” ancamnya disambut teriakan dukungan warga.