Massa Mujahid 212 Serukan Yel-Yel Minta Jokowi Mundur
Massa Aksi Mujahid 212 menyanyikan yel-yel meminta Presiden Joko Widodo mundur dari jabatannya sebagai kepala negara.
Penulis: Danang Triatmojo
Editor: Sanusi
Sejumlah peserta Aksi Mujahid 212 Selamatkan NKRI, menanggapi komentar tentang aksi tersebut yang dinilai mengambil momentum aksi mahasiswa sebelumnya.
Seperti diketahui, pada 23 dan 24 September 2019, ada demo besar-besaran mahasiswa di sekitar gedung DPR MPR Jakarta.
Bahkan satu hari setelahnya, tanggal 25 September 2019, ada aksi pelajar yang juga menyedot perhatian masyarakat.
Aji, salah satu peserta aksi asal Setu, Tangerang Selatan (Tangsel), tidak setuju aksi Mujahid 212 dikatakan mengambil momentum dari rentetan aksi sebelumnya.
"Enggak lah, kita kan menyuarakan aspirasi yang berbeda, saya sih enggak setujuya kalau seperti itu," ujar Aji, di Stasiun Rawa Buntu, Serpong, Tangsel, Sabtu (28/9/2019).
Hal yang sama diutarakan Reval, peserta aksi dari Serpong, menurutnya, perencanaan aksi 212 susah lebih dulu ketimbang aksi mahasiswa dan pelajar.
"Enggak lah, kan memang sudah direncanain jauh hari, enggak tahu kalau tiba-tiba mahasiswa demo kemarin kan," ujar Reval di lokasi yang sama.
Ia yang berangkat bersama tiga temannya itu mengaku mengetahui informasi hal aksi 212 dari media sosial.
"Tahu dari medsos, kan sebelumnya namanya parade Tauhid, terus berubah jadi Mujahid 212 Selamatkan NKRI," ujarnya.
Peserta Ungkap Alasan Ikut Aksi Mujahid 212, Minta Keadilan Hingga Silaturahmi
Massa Aksi Mujahid 212 Selamatkan NKRI memiliki beragam tujuan, mulai ingin menyuarakan sesuatu hingga sekedar ingin bersilaturahmi.
Diketahui, aksi tersebut dihelat mulai pukul 08.00 WIB, Sabtu (28/9/2019), berawal dari bundaran HI sampai ke Istana Negara.
TribunJakarta.com menemui sejumlah peserta aksi Mujahid 212 yang berangkat ke Jakarta menggunakan KRL melalui Stasiun Rawa Buntu, Serpong, Tangerang Selatan (Tangsel).
Satu di antaranya adalah Aji, ia datang bersama enam temannya dari Muncul, Setu.