Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

'Kotakan Kata', Kritik Pelukis Kembang Sepatu Sikapi Karhutla

Kebakaran hutan dan lahan di sejumlah wilayah Indonesia mendapat kritikan dari pelukis Kembang Sepatu.

Editor: Hasanudin Aco
zoom-in 'Kotakan Kata', Kritik Pelukis Kembang Sepatu Sikapi Karhutla
Ist for tribunnews.com
Pelukis Kembang Sepatu (kiri) bersama Syamsu Djalal. 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Kebakaran hutan dan lahan (karhutla) terus terjadi di Sumatera dan Kalimantan.

Tak jarang penyebabnya adalah ulah manusia sendiri yang sengaja membakar hutan untuk membuka lahan baru.

Api yang tak kunjung padam di hutan Sumatera dan Kalimantan ini tak lepas dari kritik pelukis Kembang Sepatu melalui karyanya, “Kotakan Kata” (120 x 170 cm, cat akrilik di atas kanvas, 2019), yang ditampilkan dalam pameran bersama bertajuk “Indonesia Local Genius” di Balai Budaya Jakarta (BBJ), Menteng, Jakarta Pusat, 3-9 Oktober 2019.




Pameran yang dibuka oleh Mayjen TNI (Purn) Dr Syamsu Djalal SH MH ini diikuti oleh 21 pelukis.

Selain Kembang Sepatu, mereka adalah Ireng Halimun yang merupakan pemrakarsa pameran, Agoes Noor, Adhy Handayana, Alief, Aries Tanjung, Baem Ibrahim, Bejo Saputro, Depi Irawan, Djoko Harijanto, Eddy Kamal, Hendrikus David, Jarot Soekrisno, M Fathoni, Nadia Tarsanto, Nanuk Bemu, Novandi, S Yogi Karmas, Thomas Tri Wibowo, Tri Sabariman dan Yusuf Dwiyono.

Baca: KLHK Terapkan Tiga Langkah Penguatan Penegakan Hukum Karhutla

Dalam sambutannya, Ketua BBJ Syahnagra Ismail menyatakan, “Indonesia Local Genius” adalah usaha untuk mengangkat kembali akar kebudayaan menjadi sebuah perenungan dan kreativitas yang bisa kita lihat bersana.

"Di dalamnya juga terdapat suatu usaha untuk menyatukan suatu perbedaan menjadi suatu kebersamaan yang menarik. Pencarian semacam inilah yang kita harapkan akan menjadi kekuatan atau inspirasi dalam melihat perkembangan masa depan,” ujarnya.

BERITA TERKAIT

Lukisan “Kotakan Kata” karya Kembang Sepatu menggambarkan sepasang burung kutilang yang sedang bingung karena tidak dapat memberikan makan kepada anak-anaknya yang sedang mengalami kelaparan di sarangnya di antara pepohonan karena kabut asap dari hutan yang terbakar.

Ya, kondisi alam di Riau, salah satu daerah yang paling parah mengalami karhutla dan bencana kabut asap, telah menginspirasi Kembang Sepatu untuk dijadikan karya seni.

"Kotakan Kata" itu sendiri diambil dari peribahasa Riau yang mempunyai makna bahwa manusia yang dipegang adalah kata-katanya, dan binatang yang dipegang adalah talinya.

Indonesia yang dinobatkan sebagai paru-paru dunia, kata Kembang Sepatu, harus berkomitmen untuk menjaga hutan-hutannya.

"Hutan adalah sumber kehidupan. Jika di dunia ini sudah tidak ada hutan lagi maka akan punahlah kehidupan. Pesan yang begitu kuat untuk menggugah kesadaran kita untuk menjaga hutan demi kelangsungan makhluk hidup dan alam semesta,” jelas pelukis kelahiran Pemalang, Jawa Tengah, 45 tahun lalu ini.

Saat membuka pameran, Syamsu Djalal menyatakan, di tengah riuhnya persoalan politik di Indonesia yang memekakkan telinga serta menyesakkan pikiran dan perasaan, kesenian dapat menjadi katalisator bagi cara bersikap kita.

“Kesenian yang dilakukan dengan kejujuran jauh lebih membuat hubungan silaturahmi kita semakin harmonis. Sebab dari pemakluman yang tinggi pada keragaman gaya dan aliran seni, kita dapat menoleransi pada kebedaan pihak lain yang masih bisa kita ajak untuk bekerja sama,” ujarnya.

Menurut mantan Jaksa Agung Muda Intelijen (Jamintel) Kejaksaan Agung ini, ketika situasi negara masih karut-marut dalam persoalan politik, sosial, ekonomi dan agama, sikap pelukis harus fokus beraktivitas sesuai dengan perannya.

“Pelukis harus menjadi pencatat, pendokumen, pengkritik, dan pemberi masukan dalam mengatasi persoalan-persoalan bangsa. Lewat karya seni, pelukis menawarkan problem solving (pemecahan masalah) bagi kehidupan yang sedang berlangsung,” tandasnya.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas