Sebulan Penerapan Ganjil-Genap, Volume Lalu Lintas Turun Sekitar 30 Persen
Kebijakan perluasan sistem ganjil-genap di 25 ruas jalan Ibu Kota telah resmi berlaku sejak Senin (9/9) bulan lalu.
Penulis: Danang Triatmojo
Editor: Malvyandie Haryadi
Laporan wartawan Tribunnews.com, Danang Triatmojo
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Kebijakan perluasan sistem ganjil-genap di 25 ruas jalan Ibu Kota telah resmi berlaku sejak Senin (9/9) bulan lalu.
Pascasebulan pemberlakuan, Dinas Perhubungan DKI Jakarta, mengaku ada peningkatan signifikan perihal peningkatan jumlah angkutan umum, kecepatan rata-rata laju kendaraan, hingga volume lalu lintas.
Kepala Dinas Perhubungan DKI Jakarta, Syafrin Liputo menjelaskan jumlah penumpang angkutan umum untuk TransJakarta meningkat 12 persen.
Baca: Kronologi Terbongkarnya Praktik Prostitusi di Cipanas, Tawarkan Lady Boy hingga PSK
Baca: ZODIAK BESOK Ramalan Zodiak Rabu 9 Oktober 2019: Virgo Jangan Jorok, Libra Waspada, Scorpio Semangat
Baca: MK Gelar Sidang Uji Materi Syarat Mantan Terpidana Maju Dalam Pilkada
Kecepatan rata-rata kendaraan melaju di jalan raya pun meningkat dari 25 kilometer/jam menjadi 28,5 kilometer/jam.
Bahkan, disebut ada penurunan volume lalu lintas sebanyak 29,58 persen alias nyaris 30 persen.
"Untuk yang penurunan volume 25 persen sekarang 29 persen. Untuk ukuran jumlah traffic, itu luar biasa," ungkap Syafrin di Balai Kota DKI, Jakarta, Selasa (8/10/2019).
Sedangkan soal kualitas udara Ibu Kota pascasebulan pemberlakuan sistem ganjil-genap, Syafrin menyebut ada penurunan signifikan untuk wilayah Kelapa Gading, Jakarta Utara, dengan rata-rata 22 persen.
"Untuk kualitas udara pm 2,5 terjadi penurunan yang siginifikan di Kelapa Gading, rata-rata 22 persen," jelas dia.
Adapun dari hasil evaluasi tersebut, ia mengatakan bahwa Pemprov DKI cukup berhasil dari sisi peningkatan kecepatan.
Soal jumlah kendaraan yang melanggar sistem ganjil-genap, saat ini sedang dilakukan pendataan oleh Polda Metro Jaya. Jumlah pelanggaran disebutkan hampir merata di beberapa wilayah Jakarta. Hanya saja, wilayah Jakarta Selatan menjadi yang terendah.
"Rata-rata hampir sama. Tapi yang paling rendah itu selatan, cukup rendah," ungkap Syafrin.