Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

ASN Harus Berhati-hatilah dan Bersikap Arif dalam Menggunakan Media Sosial kata Suhardi Alius

Para ASN harus bisa menyebarkan pesan pesan perdamaian baik di dunia maya dan juga di dunia nyata sebagai upaya untuk menjaga persatuan bangsa

Editor: Toni Bramantoro
zoom-in ASN Harus Berhati-hatilah dan Bersikap Arif dalam Menggunakan Media Sosial kata Suhardi Alius
Dok BNPT
Suhardi Alius saat menjadi narasumber utama pada Rapat Koordinasi terkait Penguatan Wawasan Kebangsaan ASN terkait dalam Menangani Radikalisme di Kalangan ASN. 

Dalam Rakor tersebut pihaknya telah memberikan treatment treatment agar taskforce ini bisa menindak lanjuti terhadap situasi yang terjadi.

Dengan adanya taskforce diharapkan agar ASN ini betul-betul tergambarkan dan terpetakan dengan baik apakah ada yang sudah terpapar dan juga proses rekrutmen kedepannya seperti apa.

“Cara-caranya tadi sudah kita berikan kepada forum ini untuk memberikan satu langkah yang baik dalam rangka penanganan masalah ini. Sehingga kita harapkan beberapa tahun mendatang sudah bisa kita reduksi, dan kita ingin ASN kita ini kuat untuk berkontribusi kepada negara dalam rangka membangun pembangunan bangsa,” urai pria kelahiran Jakarta, 10 Mei 1962 ini.

Lebih lanjut mantan Kepala Divisi Huma Polri ini mengatakan, dengan adanya taskforce tersebut maka BNPT nantinya akan terus melakukan sharing data maupun informasi dan bekerja sama dengan seluruh task force itu sebagai upaya untuk meredam penyebaran paham radikal di lingkungan ASN.

“Nanti kita share sama-sama ke teman-teman dari Kementerian Lembaga dan yang tergabung dalam taskforce ini. Ini supaya kita bisa memberikan masukan-masukan mengenai bagaimana cara mengidentifikasi, kemudian bagaimana memberikan treatmentnya. Karena  itu yang menjadi tugas pokok kita di BNPT,” ujar mantan Wakapolda Metro Jaya ini mengakhiri.

Sementara itu, Sekretaris Kemen PAN & RB,  Drs. Dwi Wahyu Atmaji, M.P.A, dalam sambutannya saat membuka acara rakor tersebut mengatakan bahwa Rakor tersebut digelar sebagai upaya untuk mengurai masalah-masalah radikalisme di lingkungan ASN.

“Ini supaya kita tepat di dalam merumuskan berbagai masalah yang akan kita sikapi bersama. Intinya kita mengharapkan agar masalah-masalah seperti ini bisa ditangani dengan baik, terukur dan sistematis, sehingga dapat mencegah kegaduhan dan bisa tertangani dengan baik,” kata Drs. Dwi Wahyu Atmaji, M.P.A .

Berita Rekomendasi

Sementara itu Deputi Bidang Sumber Daya Manusia (SDM) Aparatur Kemen PAN & RB, DR. Ir. Setiawan Wangsaatmaja, Dipl., S.E., M.Eng. mengatakan bahwa pihaknya bersama anggota taskforce selama ini telah melihat fonomena perkembangan radikalsime yang terjadi, Untuk itu pihaknya ingin mengetahuai gambaran secara utuh dari Kepala BNPT mengenai fenomena bahaya radikal terorisme dan upaya penangananaya.

“Kita memandang bahwa ASN pun juga bukan tidak mungkin ikut terpapar. Untuk itu di ASN ini juga harus kita pikirkan bersama. Kami ingin mendapatkan pencerahan dari bapak, jangan sampai kita memandang ‘ini  radikal’ dan ‘ini tidak radikal’ yang  kemudian timbul selisih paham di dalam tim ini. Oleh karena itu ini salah satu yang ingin kami dapatkan dari pencerahan dari bapak Kepala BNPT,” ujar DR. Ir. Setiawan Wangsaatmaja, Dipl., S.E., M.Eng. yang dalam kesempatan tersebut bertindak sebagai moderator.

Dalam kesempatan tersebut Kepala Badan Kepegawaian Negara (BKN) Dr. Ir. Bima Haria Wibisana, MSIS, usai mendapatkan penjelasan dari Kepala BNPT mengatakan bahwa ada beberapa entry point yang bisa dilakukan pihaknya yaitu untuk mencoba menyaring orang yang akan  masuk ke birokrasi yaitu ASN.

“Pertama  yakni ASN yang akan masuk ke birokrasi. Ini supaya clear dan clean. Kita tidak ingin memasukkan ASN baru yang memiliki paham yang berbeda dengan Pancasila dan NKRI,” ujar Dr. Ir. Bima Haria Wibisana, MSIS,

Lalu yang kedua menurutnya, treatment terhadap ASN yang kemungkinan terpapar paham radikal tersebut. Dimana pihaknya akan menggunakan dua pola pendekatan yakni soft dan hard.  Dimana pihaknya akan lebih mengutamakan pendekatan  yang bersifat soft untuk pembinaan sebelum menggunakan pendekatan yang lebih keras.

“Jadi di ASN itu ada pembinaan. Jadi kita akan mencoba menghimbau terlebih dahulu agar para ASN ini bisa bersikap bijak. Yang kita maksud Bijak disini yang utama adalah dalam menggunakan media sosial yang tidak bersifat radikalisme, ujaran kebencian, anti Pancasila dan anti NKRI,” ujar mantan Wakil Kepala BKN ini .

Kemudian kalau hal tersebut bisa diturunkan, maka pihaknya  mencoba masuk lebih dalam lagi untuk mencoba memberikan deradikalisasi terhadap para ASN yang sudah terpapar. “Ini agar mereka bisa kembali memiliki semangat dan keyakinan terhadap Pancasila dan NKRI,” kata alumni Teknik Mesin ITS ini.

Halaman
123
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2025 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas