Kisah Warga Miskin Jakarta, 10 Tahun Rumahnya Tak Dialiri Listrik, Mandi dan Buang Air di WC Umum
Fasilitas umum tersebut digunakan untuk mencuci pakaian, mandi hingga buang air besar.
Editor: Hasanudin Aco
"Kalau Bapak di sini datang saat hujan, ya di sudut ada air-air rembesan. Biasa juga kalau deres sih genang air pak," kata Kudus.
Sembari membuka bungkusan nasi berisi telur ceplok dan orek tempe,
Kudus mulai menceritakan pengalamannya hidup tanpa listrik selama 10 tahun.
"Mari Mas, makan dulu, seadanya nih nasi sama ini saja" kata Kudus.
Makan dalam kondisi gelap membuka obrolan Kudus mengenai kondisi gelap-gelapan di rumahnya.
"Ini siang sampai sore ya ada cahaya sedikit. Tapi kalau malam gelap, ya sudah terbiasa saya Mas. Warga di sini juga sudah tahu 'di situ ada Bang Kudus' biasa begitu. Jadi ya sudah biasa," ucap Kudus.
Kudus menceritakan awal mula listrik diputus.
Hal itu terjadi saat dirinya sudah tidak bekerja sebagai cleaning service sekitar tahun 2000-2001.
Setelah keluar dari kantor, Kudus tidak memiliki pekerjaan dan memilih kerja serabutan seperti mengamen, pengepul plastik hingga mencoba kuli bangunan.
"Pak, saya itu tamatan kelas 5 SD, ya alhamdulilah saya bisa baca dan tulis. Sempat kerja jadi OB. Nah, mungkin karena kantornya butuh pegawai yang punya ijazah, ya sudah, saya keluar. Saya pernah lah kerja dan tahu kerja sama orang Pak," ucap dia.
Tidak ada penghasilan yang tetap, membuat dirinya dan 2 keluarga yang hidup di rumahnya tidak mampu membayar listrik.
"Adik saya jaga toko lah ya gitu, enggak ada pemasukan, akhirnya diputus. Ya sudah biasa, makanya gelap-gelapan seperti ini," ucap Kudus.
Tak ingin mengemis hingga gunakan toilet umum
Situasi serba susah yang dialami Kudus tidak membuatnya putus asa. Kudus terus berjuang demi memenuhi kebutuhan hidup sehari.