Berpeluh Keringat dan Tangis Jadi Relawan Bangun Monumen Pancasila Sakti, Saimi Bagikan Kisah Pilu
Bahkan selama proses pembuatan Monumen Pancasila Sakti, Saimi menggambarkan jika banyak sekali relawan yang cuma-cuma turut membantu.
Editor: tribunjakarta.com
Laporan Wartawan TribunJakarta.com, Nur Indah Farrah Audina
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Ikut serta membangun Monumen Pancasila Sakti, Saimi (74) ungkap kondisi kala itu.
Monumen Pancasila Sakti merupakan tempat bersejarah yang dibangun untuk mengingat perjuangan para Pahlawan Revolusi di era Soeharto, dan terletak di kawasan Lubang Buaya, Jakarta Timur.
Untuk mempertahankan ideologi Bangsa Indonesia dari ancaman komunis atau dikenal dengan nama Partai Komunis Indonesia (PKI), tercatat 7 pahlawan gugur.
Diantaranya ialah Panglima Angkatan Darat Letjen TNI Ahmad Yani, Mayjen TNI R Suprapro, Mayjen TNI Siswondo Parman, Mayjen TNI MT Haryono, Brigjen TNI DI Panjaitan, Brigjen TNI Sutoyo Siswomiharjo dan Perwira TNI Lettu Pierre Tendean.
Meski tak mengingat tahun berapa ia ikut berkontribusi dalam pembangunan, ingatan Saimi terkait suasana kala itu masih lah sangat jelas.
Kekejaman PKI yang membantai habis para pahlawan revolusi kerap kali membuat hatinya merasa tersayat.
Bahkan selama proses pembuatan Monumen Pancasila Sakti, Saimi menggambarkan jika banyak sekali relawan yang cuma-cuma turut membantu.
"Dulu itu ada bayarannya. Tapi kan enggak banyak. Lagian banyak orang-orang yang kerja ikhlas juga karena tahu kejamnya PKI kayak apa, kan di Monumen ada sumur yang lokasi buang pahlawannya," katanya kepada TribunJakarta.com, Kamis (30/1/2020).
Tak sampai di situ, Saimi juga menyaksikan banyak pasang mata yang tak hentinya menangis ketika membangun Monumen Pancasila Sakti.