Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
DOWNLOAD
Tribun

Kisah Kakek Penjual Ikan Bertahan Hidup di Ibu Kota, Hidup Sebatang Kara Sering Menahan Lapar

Saat ini, setiap harinya, Didi berangkat diantar oleh pemilik ikan yang bernama Sumarni dari Kampung Raden ke Munjul.

Editor: Hasanudin Aco
zoom-in Kisah Kakek Penjual Ikan Bertahan Hidup di Ibu Kota, Hidup Sebatang Kara Sering Menahan Lapar
TRIBUNJAKARTA.COM/NUR INDAH FARRAH AUDINA
Dedi, penjual ikan sejak puluhan tahun usai kedua tangannya terbakar saat ditemui di Jalan Raya Cilangkap Baru, Munjul, Cipayung, Jakarta Timur, Kamis (13/2/2020). 

Namun rumah tersebut dijual oleh anak tirinya tanpa sepengetahuannya.

"Saya kan menikahi janda anak 3. Nama ini sakit gula basah di rawat di RSUPN dr Cipto Mangunkusumo. Waktu itu istri saya lagi dirawat pas saya pulang tuh sudah dijual rumahnya. Saya tahunya pas pulang ke rumah itu sudah orang lain yang tempatin,"  katanya.

Menurut Dedi, anaknya tirinya itu merasa memiliki rumah tersebut.

Sebab, tanah rumah tersebut memang milik Nama.

"Tanahnya memang milik ibunya anak-anak. Nama itu dapat tanah warisan di Kampung Raden. Tapi kan yang bangunin rumahnya itu saya. Anaknya dia malah seenaknya saja menjual rumah itu tanpa sepengetahuan saya," katanya.

Akhirnya, dengan terpaksa, Dedi mengontrak rumah di kawasan yang sama.

Dedi, penjual ikan sejak puluhan tahun usai kedua tangannya terbakar saat ditemui di Jalan Raya Cilangkap Baru, Munjul, Cipayung, Jakarta Timur, Kamis (13/2/2020)
Dedi, penjual ikan sejak puluhan tahun usai kedua tangannya terbakar saat ditemui di Jalan Raya Cilangkap Baru, Munjul, Cipayung, Jakarta Timur, Kamis (13/2/2020) (TRIBUNJAKARTA.COM/NUR INDAH FARRAH AUDINA)

Sayangnya, tak berselang lama, Nama meninggal dunia akibat penyakitnya.

Berita Rekomendasi

Disusul dengan buah cinta keduanya anak yang meninggal di usia 3 bulan.

"Dari tahun 1996 itu istri saya meninggal, anak saya juga. Kemudian anak tiri saya sudah pergi entah kemana. Ya sudah selama itu juga saya hidup sebatang kara," katanya.

Untuk memenuhi kehidupan sehari-harinya, Dedi hanya mengandalkan penghasilan dari penjualan ikan.

"Sekarang ini sedang sepi. Paling penghasilan bersih saya cuma Rp 20 ribu sampai Rp 30 ribu. Tapi alhamdulillah kadang suka ada rezeki lain. Tahu-tahu ada orang berhenti kasih uang. Uang itu aja palingan yang saya gunakan untuk bayar kontrakan," katanya.

Sering tahan lapar

Hidup sebatang kara tanpa sanak saudara, membuat Didi kerap merasa kesulitan.

Mulai dari makan saja, Didi merasa sangat kesulitan.

Halaman
123
Sumber: TribunJakarta
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Klik Di Sini!
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
×

Ads you may like.

© 2025 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas