Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Kisah Kakek Penjual Ikan Bertahan Hidup di Ibu Kota, Hidup Sebatang Kara Sering Menahan Lapar

Saat ini, setiap harinya, Didi berangkat diantar oleh pemilik ikan yang bernama Sumarni dari Kampung Raden ke Munjul.

Editor: Hasanudin Aco
zoom-in Kisah Kakek Penjual Ikan Bertahan Hidup di Ibu Kota, Hidup Sebatang Kara Sering Menahan Lapar
TRIBUNJAKARTA.COM/NUR INDAH FARRAH AUDINA
Dedi, penjual ikan sejak puluhan tahun usai kedua tangannya terbakar saat ditemui di Jalan Raya Cilangkap Baru, Munjul, Cipayung, Jakarta Timur, Kamis (13/2/2020). 

Jari tangan yang habis terbakar di tahun 1986 membuatnya tak bisa menggenggam apapun.

"Saya sudah jarang makan nasi. Saya enggak bisa pegang sendok. Pegang sendok sangan susah buat saya. Jadi paling saya makan singkong aja. Saya cuma bisa lakukan kegiatan yang bisa pakai tangan dua," katanya.

Akhirnya, bila tak ada orang yang bisa dimintai tolong, Didi akan menahan lapar.

Seperti saat ditemui, Didi sama sekali belum makan sejak subuh. Ia menahan lapar hingga sore hari.

Sebab, jualannya hari ini terasa sangat sepi.

Dikatakannya, sedari pagi hanya beberapa orang saja yang membeli ikannya.

Beberapa orang yang singgah tak ada yang bisa dimintai tolong untuk membeli makan ataupun minum.

Berita Rekomendasi

"Selama ini saya kalau lagi jualan minta tolong pembeli ikan. Saya minta belikan minum sama singkong di sana. Tapi dari tadi enggak ada yang bisa dimintai tolong. Jadi saya menunggu yang jemput aja, nanti berenti di jalan. Soalnya saya belum makan dari tadi pagi mangkal di sini," katanya.

Saat ini, setiap harinya, Didi berangkat diantar oleh pemilik ikan yang bernama Sumarni dari Kampung Raden ke Munjul.

"Saya sebenarnya juga ngambil lagi dari orang. Jadi saya ambil untung sedikit aja. Saya cuma niat bantu bapak aja. Jadi tiap pagi selepas subuh saya jalan dari rumah di Margonda ke Kampung Raden. Saya sapuin tempat mangkalnya bapak dan ambil sepeda yang dititipin di sekitar sini buat jualan ikan," katanya.

"Jadi kalau untung ke saya tipis ya karena kan untuk bensin motor. Tapi saya ikhlas begini. Makanya kalau bapak belum makan saya berhenti dulu beli singkong atau apapun yang bisa bapak makan," tandasnya

(TribunJakarta.com, Nur Indah Farrah Audina)

Sumber: TribunJakarta
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2025 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas