Kecelakaan Tunggal Supercar McLaren, Pakar: Kalau Sepi Jangan Pernah Merasa Aman
Jika berbicara tingkat kefatalan, dia mengatakan lebih fatal ketika kondisi sepi ketimbang volume kendaraan di jalan sedikit ramai
Editor: Imanuel Nicolas Manafe
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Lita Febriani
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pembatasan Sosial Berskala Besar atau PSBB disalahgunakan segelintir orang untuk kebut-kebutan di jalan.
Yang terbaru, sebuah McLaren MP4 12C terlibat kecelakaan tunggal di Tol Jagorawi pada Minggu (3/5/2020), sekira pukul 11.00 WIB.
Baca: Masyarakat Banyak yang Stres, Pemerintah Pertimbangkan Longgarkan PSBB
Mobil bermesin 3.800 cc twinturbo V8 tersebut diproduksi antara tahun 2011-2014.
Mesinnya dapat menyemburkan tenaga mencapai 592 dk pada 7.500 rpm.
Mobil sport ini harganya berkisar Rp 3.8 miliar hingga Rp 4.3 miliar.
Dengan kecepatan maksimal yang dapat dicapai mobil tersebut, kecelakaan tunggal itu membuat McLaren MP4 12C ringsek pada bagian atap, bodi belakang dan pintu terlepas.
Director Training Safety Defensive Consultant (SDCI), Sony Susmana menyebut bahwa kebut-kebutan saat PSBB apalagi sampai menyebabkan kecelakaan merupakan tindakan tidak bijaksana.
"Ya itu nggak bijaksana menurut saya. Jadi ketika dia ngebut dan dia pikir itu sepi jadi disitulah bahayanya tinggi. Kalau kita mau jalan, ya kita harus sesuaikan kecepatannya dengan aturan lalu lintas," kata Sony, Minggu (3/5/2020).
"Apalagi di perkotaan kan, banyak gang, banyak orang nyebrang. banyak motor dan sebagainya. Artinya ketika sepi jangan pernah merasa aman lah," tutur Sony.
Baca: FAKTA PSBB Hari Pertama di Bogor: Ojol Dilarang Bawa Penumpang, Kendaraan di Tol Jagorawi Turun 50%
Jika berbicara tingkat kefatalan, dia mengatakan lebih fatal ketika kondisi sepi ketimbang volume kendaraan di jalan sedikit ramai.
"Kalau kita bicara fatality kecelakaan pas lagi kosong atau pas lagi macet, itu lebih berbahaya pas lagi kosong," terangnya.
Kronologi Kecelakaan