Pengeloka Taman Safari Kesulitan Memenuhi Kebutuhan Pakan Hewan, Satwa pun Dipaksa Puasa
Akibat ditutupnya kunjungan wisatawan sejak wabah Covid-19 melanda, pengelola TSI pun kini mulai kesulitan memenuhi kebutuhan pakan hewan.
Editor: Dewi Agustina
Akibat ditutup, tentu tidak ada pendapatan bagi pengelola untuk menambah biaya perawatan dan memenuhi kebutuhan pakan satwa setiap harinya.
Alhasil, pihak TSI Bogor hanya bisa mengandalkan tabungan yang semakin hari semakin menipis.
Untuk menyiasatinya, jika biasanya pakan satwa karnivora di TSI Bogor menggunakan daging rusa import, kini diganti daging ayam lokal saja.
Sementara untuk jadwal makan, digilir sehari makan sehari berpuasa.
Yulius mengakui kebutuhan satwa pemakan daging ini cukup berat mengingat jumlah mereka juga tidak sedikit.
Apalagi porsi makan golongan kucing besar yang banyak, bisa mencapai 5 kilogram daging per ekor.
Baca: Penerapan PSSB Buat Masyarakat Stres? Reza Indragiri Paparkan Soal Pandemi Psikis
"Kalau mereka di alam liar kan juga begitu ya kalau tidak salah. Misal hari ini dapat buruan, lalu besoknya tidak dapat, mereka berpuasa," tutur Yulius.
Sedangkan untuk satwa herbivora atau pemakan tumbuhan, pengelola TSI melakukan penanaman berbagai jenis sayuran secara mandiri sebagai kebutuhan pangan para satwa.
Walau demikian, kata Yulius, para pengelola TSI Bogor tetap berkomitmen memberi pakan, merawat dan menjaga satwa-satwa koleksi yang pada dasarnya merupakan satwa yang dilindungi.
Rumahkan Karyawan
Tak hanya memaksa hewan berpuasa, pengelola TSI juga terpaksa merumahkan sementara sebagian karyawannya hingga kondisi kembali stabil dari wabah virus corona.
"Karyawan honorer yang dirumahkan," kata Yulius.
Namun ia menegaskan, hingga saat ini mereka yang dirumahkan masih berstatus karyawan. Sehingga tidak ada pemutusan hubungan kerja (PHK) yang dilakukan pihak TSI Bogor.
Baca: Nantikan Kehamilan 7 Tahun, Zainab Kehilangan Bayinya Setelah 4 Jam karena Ada Pembantaian Masal
"Artinya, para honorer tersebut akan dipekerjakan lagi jika situasi dan kondisi telah kembali normal," ujar Yulius.