Kilas Balik Kasus Aulia Kesuma Bunuh Pupung Sadili, Coba Santet hingga Sewa Pembunuh Bayaran
Begini kisah Aulia Kesuma mengupayakan pembunuhan berencana untuk menghabisi nyawa Pupung Sadili. Mencoba santet hingga sewa eksekutor.
Penulis: Pravitri Retno Widyastuti
Editor: Ifa Nabila
Tak berhenti sampai disitu, Aulia kembali mencari dukun santet, yaitu Mbah Borobudur.
Baca: Nasib Aulia Kesuma dan Putranya Geovanni Kelvin, Langsung Tutup Wajah saat Divonis Hukuman Mati
Baca: Respons Keluarga Pupung Sadili Sikapi Vonis Hukuman Mati Terhadap Aulia Kesuma dan Geovanni Kelvin
Namun, upayanya lagi-lagi tak berhasil.
Ia kemudian dikenalkan pada seorang dukun bernama Aki oleh ARTnya, Teti.
Tapi, Aki tak menyanggupi permintaan Aulia untuk menyantet Pupung Sadili.
Aki menyarankan Aulia untuk menyewa pembunuh bayaran.
Akhirnya, Aulia Kesuma menyewa jasa Kusmawanto alias Agus dan Muhammad Nursahid alias Sugeng.
Pembunuhan yang telah direncanakan itu dilakukan pada 23 Agustus 2019 di rumah Pupung di Lebak Bulus.
Dua hari setelahnya, jasad Pupung dan Dana di bawa ke Cidahu, Sukabumi, Jawa Barat.
Di sana jasad keduanya dibakar dalam mobil.
Atas perbuatannya, Aulia Kesuma dan Geovanni Kelvin divonis hukuman mati dalam sidang putusan yang digelar di Pengadilan Negeri Jakarta Selatan pada Senin (15/6/2020) kemarin.
"Mengadili menyatakan bahwa Terdakwa I Aulia Kesuma dan Terdakwa II Geovanni Kelvin terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana pembunuhan berencana," kata Ketua Majelis Hakim Pengadilan Negeri Jakarta Selatan, Suharno, saat membacakan surat putusan di PN Jaksel, Jalan Ampera Raya, Senin, dilansir Tribunnews.
Baca: Divonis Hukuman Mati, Aulia Kesuma dan Anaknya Akan Ajukan Banding Hingga Minta Grasi Pada Presiden
Baca: Hakim Nilai Perbuatan Aulia Kesuma Bunuh Suami dan Anak Tiri Sangat Sadis dan Tak Berperikemanusiaan
"Mengadili terhadap Terdakwa I Aulia Kesuma dan Terdakwa II Geovanni Kelvin. Masing-masing pidana hukuman mati," tambahnya.
Lebih lanjut, Aulia dan Geovanni dinilai telah melakukan perbuatan yang tak manusiawi, sadis, dan tidak beradab.
Bahkan, di akhir pembacaan vonis, Suharno menyatakan tidak ada hal yang bisa meringankan hukuman Aulia Kesuma dan Geovanni Kelvin.