Cerita Pemulung Bantargebang Pernah Temukan Dollar Hingga Emas di Tumpukan Sampah
Hamim waktu itu belum tahu persis apakah kalung dan cincin yang ia temukan benar-benar emas asli atau hanya replika.
Editor: Sanusi
"Di sini setiap hari, saya biasanya dari pagi jam 6 sampai jam 4 sore, tapi ada juga yang nyari malam-malam," kata Hamim.
Hamim merupakan pemulung yang fokus mencari sampah-sampah kertas, meski begitu, dia tidak menutup kemungkinan mengumpulkan barang-barang berharga lain seperti plastik dan semacamnya.
"Kalau saya kertas, kertas apa aja, ini dikumpulkan terus dijual, hargnya satu kilonya Rp600," terangnya.
Dalam sehari, Hamim biasanya dapat mengumpulkan sebanyak 2 kwintal sampah kertas. Sampah kertas ini merupakan bahan baku untuk pembuatan kertas daur ulang.
"Saya udah 8 tahun, istri juga kerjanya sama mulung juga, cuma dia lebih nyari ke sampah plastik kaya botol bekas minuman," ungkapnya.
Pria asal Indramayu ini mengaku sudah kebal dengan bau busuk sampah, bahkan ketika ditanya mengapa tak menggunakan masker, dia mengaku sudah terbiasa bekerja tanpa penutup mulut.
"Udah biasa sama bau mah, udah 8 tahun, paling baru-baru aja sempet muntah-mutah, mau makan enggak enak kebayang baunya," akunya.
Bekerja sebagai pemulung ditekuni setelah temannya yang berasal dari Indramayu telah lebih dulu memulung di TPST Bantargenang.
"Awalnya dari temen diajak, rata-rata dari Indramayu kalau di sini, saya udah dari umur 15 tahun kerja sampe sekarang udah punya anak tiga," tuturnya.
Ketika ditanya apakah tidak khawatir dengan bahaya akan longsor gunungan sampah, Hamim mengaku hal itu tentu pasti ada.
Sebab, para pemulung bekerja sangat dekat dengan kendaraan axcavator yang mengeruk sampah dari truk.
"Ya takut ada aja, tapi selama saya di sini belum ada kejadian (longsor), yang penting hati-hari aja enggak usah terlalu dekat (excvator) nyarinya," tegas Hamim.