Perayaan Natal ala Betawi: Simbol Keberagaman di Kampung Sawah
Antarwarga asli Kampung Sawah masih terikat hubungan kerabat, meski agama mereka berbeda-beda
Penulis: Dennis Destryawan
Editor: Eko Sutriyanto
![Perayaan Natal ala Betawi: Simbol Keberagaman di Kampung Sawah](https://asset-2.tstatic.net/tribunnews/foto/bank/images/jemaat-katolik1234.jpg)
Letak tempat ibadah tertua memang saling berdekatan di Kampung Sawah, di antaranya Gereja Katolik Santo Servatius, Gereja Kristen Pasundan, dan Masjid Agung Al Jauhar.
Saat Natal, Gereja Katolik Santo Servatius kental dengan nuansa adat Betawi.
Antarwarga asli Kampung Sawah masih terikat hubungan kerabat, meski agama mereka berbeda-beda.
Hubungan kerabat itu tak saja berupa hubungan darah, melainkan juga melalui jalur perkawinan beda agama.
Baca juga: Jasa Marga Catat 125 Ribu Kendaraan Kembali ke Jakarta pada Hari Pertama Arus Balik Libur Natal
Ada yang kemudian melebur ke agama pasangannya.
Ada juga yang bertahan pada agama masing-masing.
Pada perayaan Natal, panitia Gereja Katolik Santo Servatius mengenakan pakaian adat betawi lengkap dengan kopyah, baju koko, dan sarung.
Umat katolik dan jemaat kristen ke gereja menggunakan kopyah dan kerudung juga hal yang biasa, bagian dari kebudayaan Betawi.
Perayaan Natal di tengah Pandemi Covid-19
Wakil Ketua Dewan Paroki Harian Gereja Santo Servatius Matheus Nalih Ungin (56) mengatakan akulturasi budaya Betawi dan Kristen sudah terjadi sejak tahun 1986 di Kampung Sawah.
Sebanyak 18 orang Betawi asli Kampung Sawah dibaptis oleh Pastor Schweitz.
"Setelah memeluk agama Katolik, 18 orang itu menggunakan tradisi Betawi setiap ada acara di gereja.
Itu cikal bakalnya," ujar Matheus kepada Tribun Network, Jumat (25/12).
Sampai saat ini jemaat Gereja Katolik Santo Servatius terus konsisten dan menjaga tradisi adat Betawi.