Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Kampung Tempe Ciputat Kompak Mogok Produksi Tiga Hari Gara-gara Harga Kedelai Naik

Harga kedelai melonjak hingga tidak terjangkau lagi pelaku usaha kecil menengah (UKM) di Kampung Tempe, Ciputat, Tangerang Selatan (Tangsel).

Editor: Sanusi
zoom-in Kampung Tempe Ciputat Kompak Mogok Produksi Tiga Hari Gara-gara Harga Kedelai Naik
Tribun Jakarta
Ade, pelaku UKM tempe di Kampung Tempe, Jalan Wahid, Ciputat, Tangsel, Sabtu (2/1/2021).Harga kedelai melonjak hingga tidak terjangkau lagi pelaku usaha kecil menengah (UKM) di Kampung Tempe, Ciputat, mereka sepakat mogok kerja 3 hari 

Laporan Wartawan TribunJakarta.com Jaisy Rahman Tohir

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Harga kedelai melonjak hingga tidak terjangkau lagi pelaku usaha kecil menengah (UKM) di Kampung Tempe, Ciputat, Tangerang Selatan (Tangsel).

Harga kedelai yang normalnya Rp 7.200 per kilogram, kini meroket sampai Rp 9.200 per kilogram.

"Sekarang sudah Rp 9.200 per kilogram," keluh Ade, salah satu pengusaha tempe di Kampung Tempe, Sabtu (2/12/2020).

Pelaku usaha yang menggunakan bahan baku kedelai di Kampung Tempe pun mogok kerja selama tiga hari, sejak Jumat (1/1/2021) sampai Minggu (3/1/2021).

Aksi mogok produksi massal yang tak hanya dilakukan di Ciputat, melainkan jugapelaku usaha tempe di kawasan Jakarta dan Jawa Barat itu diharapkan bisa menurunkan kembali harga kedelai.

Namun sayang, sampai hari ini, harga komoditi yang tersedia dari hasil impor itu tetap di angka Rp 9.200 per kilogram.

Baca juga: Hasil Tottenham Hotspur Vs Leeds United: Son Ukir Gol ke-100, Posisi Liverpool & Man United Terancam

Berita Rekomendasi

"Ini sudah berhenti dua hari, Jumat dan Sabtu, harga belum turun," ujarnya. 

Ade sudah mulai belanja kedelai untuk dijual pada Senin (4/1/2021) mendatang. 

Ade pasrah saat mendengar dari produsen kedelai bahwa harga tidak akan kembali seperti semula.

Ia berencana menaikkan harga tempe bersama pengusaha lainnya.

Baca juga: Janji Belikan Ponsel, Ayah di Kendal Jadikan Putri Kandung Pelampiasan Nafsu Bejat Sejak Tahun 2015

"Pas saya belanja, 'yang jelas gimana ya saya bingung ngomonmgnya' katanya, kalau harga kacang sih enggak mungkin turun," ujar Ade menceritakan percakapannya dengan produsen kedelai.

Pemerintah Pastikan Stok Kedelai untuk Industri Tahu dan Tempe Aman

Sebelumnya, Kementerian Perdagangan (Kemendag) menyatakan stok kedelai cukup untuk kebutuhan industri tahu dan tempe nasional.

Oleh karena itu, pemerintah menjamin tahu dan tempe tetap tersedia di masyarakat.

Hal ini sekaligus merespons pernyataan Gabungan Koperasi Tempe dan Tahu Indonesia (Gakoptindo) yang akan mogok produksi pada 1-3 Januari 2021 lantaran harga kedelai impor yang terus naik.

Baca juga: Produksi Sedang Surplus, Harga Beras Tahun Depan Diyakini Normal

Sekretaris Jenderal Kemendag mengatakan, mereka telah melakukan koordinasi dengan Gakoptindo, di mana para produsen tersebut akan melakukan penyesuaian harga tahu dan tempe dengan harga kedelai impor.

Menurut dia, dari pembahasan kedua pihak diketahui bahwa harga kedelai impor di tingkat perajin mengalami penyesuaian dari Rp 9.000 per kilogram pada November 2020 menjadi Rp 9.300-Rp 9.500 per kilogram pada Desember 2020, atau naik sekitar 3,33 persen-5,56 persen.

“Kemendag terus mendukung industri tahu tempe Indonesia. Dengan penyesuaian harga, diharapkan masyarakat akan tetap dapat mengonsumsi tahu dan tempe yang diproduksi oleh perajin,” ujar Suhanto dalam keterangan resminya, Jumat (1/1/2021).

Baca juga: Enam Video Terkait Kemanusiaan dan Lingkungan Hidup Raih Penghargaan

Suhanto menyebutkan, berdasarkan data Asosiasi Importir Kedelai Indonesia (Akindo), saat ini para importir selalu menyediakan stok kedelai di gudang sekitar 450.000 ton.

Sedangkan kebutuhan kedelai untuk para anggota Gakoptindo diperkirakan sebesar 150.000-160.000 ton per bulan.

"Maka stok kedelai tersebut seharusnya masih cukup untuk memenuhi kebutuhan 2-3 bulan mendatang," kata dia.

Suhanto mengatakan, pada Desember 2020, harga kedelai dunia tercatat sebesar 12,95 dollar AS per bushels, naik 9 persen dari bulan sebelumnya yang tercatat 11,92 dollar AS per bushels.

Berdasarkan data The Food and Agriculture Organization (FAO), harga rata-rata kedelai pada Desember 2020 tercatat sebesar 461 dollar AS per ton, naik 6 persen dibandingkan bulan sebelumnya yang tercatat 435 dollar AS per ton.

Ia menambahkan, faktor utama penyebab kenaikan harga kedelai dunia diakibatkan lonjakan permintaan kedelai dari China ke Amerika Serikat (AS).

China sendiri merupakan negara eksportir kedelai terbesar dunia.

Pada Desember 2020 permintaan kedelai China naik 2 kali lipat, yaitu dari 15 juta ton menjadi 30 juta ton.

Hal ini mengakibatkan berkurangnya kontainer di beberapa pelabuhan AS, seperti di Los Angeles, Long Beach, dan Savannah sehingga terjadi hambatan pasokan terhadap negara importir kedelai lain termasuk Indonesia.

"Untuk itu perlu dilakukan antisipasi pasokan kedelai oleh para importir karena stok saat ini tidak dapat segera ditambah mengingat kondisi harga dunia dan pengapalan yang terbatas," kata Suhanto.

"Penyesuaian harga dimaksud secara psikologis diperkirakan akan berdampak pada harga di tingkat importir pada Desember 2020 sampai beberapa bulan mendatang,” tambah dia.

Suhanto pun berharap, para importir yang masih memiliki stok kedelai untuk dapat terus memasok secara kontinu kepada perajin tahu dan tempe anggota Gakoptindo dengan tidak menaikan harga.

"Kami mengapresiasi para anggota Gakoptindo yang tetap berproduksi dan telah membantu masyarakat dengan terus memasok tahu dan tempe untuk kebutuhan gizi terjangkau di saat pandemi ini,” tutup dia.

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Kemendag Sebut Stok Kedelai untuk Industri Tahu dan Tempe Cukup "

Artikel ini telah tayang di Tribunjakarta.com dengan judul Harga Kedelai Melonjak, Kampung Tempe Ciputat Kompak Mogok Produksi Tiga Hari

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas