Tinjau Produksi Tahu Tempe di Lapangan, Mentan Terima Keluhan Harga Kedelai Naik
Tinjau rumah produksi tahu tempe di Kalideres, Mentan Syahrul Yasin Limpo terima keluhan naiknya harga kedelai impor sebagai bahan baku produksi.
Penulis: Danang Triatmojo
Editor: Theresia Felisiani
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Menteri Pertanian (Mentan) Syahrul Yasin Limpo meninjau rumah produksi tahu tempe di kawasan Lapangan Kopti Semanan, Semanan, Kalideres, Jakarta Barat, pada Kamis (7/1/2020).
Dari hasil kunjungannya itu, sejumlah pengrajin tahu tempe mengeluhkan naiknya harga kedelai impor sebagai bahan baku produksi.
Mengingat, belakangan ini harga kedelai impor terdampak kondisi harga secara global.
Baca juga: Harga Tahu Tempe Naik, Menteri Pertanian Tinjau Sejumlah Rumah Produksi di Kalideres
Diketahui harga kedelai saat ini sebesar Rp9.300 per kilogram, naik dari sebelumnya berkisar Rp7.200 per kilogram.
"Mereka keluhkan karena harga naik saja, pasokan tidak ada masalah," kata Syahrul saat ditemui usai peninjauan.
Namun kata Syahrul, sesungguhnya pasokan kedelai impor tidak jadi masalah.
Hanya, akibat kenaikan harga global, berdampak pada harga jual tahu tempe yang mau tidak mau juga harus mereka naikkan demi menekan kerugian.
"Oleh karena itu kalau dia tidak naikkan (harga) dia rugikan. Itu makanya harus kita jaga," ucap dia.
Sebelumnya, Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo, didampingi Pangdam Jaya Mayjen TNI Dudung Abdurachman menyambangi sejumlah pengrajin tahu tempe di kawasan Semanan, Kalideres, Jakarta Barat, Kamis (7/1/2021) pagi.
Peninjauan ini dalam rangka memantau produksi tahu tempe yang punya bahan baku kedelai.
Mengingat belakangan tahu tempe alami lonjakan harga karena beriringan dengan naiknya harga kedelai impor.
Dalam tinjauannya, Syahrul melihat langsung para pengrajin tahu tempe sekaligus bertanya bagaimana kegiatan produksi mereka.
Saat berdialog, alih - alih kedelai lokal, satu rumah produksi mengaku mereka membuat tahu tempe yang bersumber dari kedelai impor.
"Ini bahan bakunya pembuatan tempe tahunya dari mana? Impor?," tanya Syahrul di lokasi.
"Impor, pak," jawab satu pengrajin.
Lantas Syahrul menanyakan kembali kepada pengrajin tersebut apakah kegiatan produksi mereka memang didominasi kedelai impor ? perajin pun membenarkan.
Kemudian mantan Gubernur Sulawesi Selatan itu menawarkan jaminan ketersediaan kedelai lokal kepada pengrajin.
Mereka pun langsung menginginkannya karena kedelai lokal dianggap lebih memiliki rasa gurih ketimbang kedelai impor.
"Kalau saya buatin bapak pakai ya?," tanya Syahrul.
"Pakai pak, kalau kedelai lokal lebih gurih pak rasanya," jawab pengrajin.