52 Sahabat Zaim Saidi Ajukan Surat Permohonan Penangguhan Penahanan Kepada Kabareskrim Polri
52 orang sahabat pendiri pasar Muamalah Depok Zaim Saidi mengajukan surat permohonan penangguhan penahanan kepada Kepala Bareskrim Polri Komjen Agus A
Penulis: Igman Ibrahim
Editor: Johnson Simanjuntak
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - 52 orang sahabat pendiri Pasar Muamalah Depok Zaim Saidi mengajukan surat permohonan penangguhan penahanan kepada Kepala Bareskrim Polri Komjen Agus Andrianto.
Mereka memohon Zaim dapat ditahan di luar tahanan.
"Kami sebagai para sahabat mengajukan permohonan kepada Kabareskrim agar beliau melakukan penahanan di luar. dan sekali lagi, beliau tidak akan melarikan diri. beliau juga akan bertanggung jawab apa yang beliau lakukan," kata perwakilan sahabat Zaim Saidi, Luthfi Yazid di Bareskrim Polri, Jakarta, Jumat (5/3/2021).
Luthfi menjamin Zaim Saidi tidak akan melarikan diri jika permohonannya itu dikabulkan Kabareskrim.
Apalagi, kata dia, Zaim dikenal sebagai salah seorang tokoh di sekitar kediamannya.
"Pak Zaim ini sebetulnya tidak akan melarikan diri. Pak Zaim ini kan dia profesional, dia seorang tokoh dan dia tidak akan pernah melarikan diri dalam konteks kasus hukum yang sedang dihadapi itu," jelas dia.
Zaim Saidi, menurut Luthfi, tidak bermaksud buruk saat mendirikan pasar muamalah Depok.
Dia bilang, pasar itu dibentuk karena keinginannya bertransaksi selayaknya zaman nabi Muhammad SAW.
Baca juga: Penahanan Zaim Saidi Pendiri Pasar Muamalah Depok Diperpanjang 40 Hari
"Bagi mas Zaim, dia menjalankan muamalah. Bagi dia menjalankan kegiatan ekonomi yang menurut keyakinan dia itu meniru apa yang dilakukan oleh Rasulullah Muhammad. Dia tiru sebagai bagian dari keyakinan dia," ujar dia.
Luthfi menjelaskan transaksi yang dilakukan di pasar Muamalah Depok sejatinya tidak ada bedanya dengan transaksi dengan bitcoin, voucher ataupun kartu e-money.
Bedanya, pasar bentukan Zaim Saidi itu menggunakan Dinar dan Dirham sebagai alat transaksi tersebut.
Untuk mendapatkan Dinar dan Dirham, para pembeli tetap harus menggunakan rupiah dan menukarkannya saat belanja.
"Apa bedanya orang menggunakan bitcoin, voucher, atau ke tol dia pakai kartu tapping. Kan sama saja. Saya kira kalau ada yang berspekulasi ini merupakan gerakan khilafah itu berlebihan," jelas dia.
Di sisi lain, ia memastikan sahabatnnya itu bukan orang yang menolak terhadap dasar negara pancasila dan bhineka tunggal ika.
Pasalnya, Zaim Saidi pernah mendapatkan suatu penghargaan dari Australia.
"Mas Zaim tidak anti merah putih. Dia bahkan ke Australia itu mendapatkan merdeka fellowship. Artinya merah putih dia tidak diragukan. Saya mewakili dia sebagai sahabat. Karena kita pernah satu program di New York," kata dia.