Siti Marifah: Pembelajaran Jarak Jauh dan Work From Home Jadikan Beban Ekonomi Perempuan
Di tengah kondisi Pandemi Covid-19, kaum perempuan yang paling merasakan dampak ekonominya. Karena itu, kaum perempuan dituntut untuk selalu kreatif
Editor: Toni Bramantoro
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Di tengah kondisi Pandemi Covid-19, kaum perempuan yang paling merasakan dampak ekonominya. Oleh karena itu, kaum perempuan dituntut untuk selalu kreatif.
"Penurunan pendapatan di satu sisi dan disisi lain konsumsi meningkat karena PJJ (Pembelajaran Jarak Jauh) dan WFH (Work From Home) telah menjadikan beban ekonomi dan aktifitas domestik perempuan bertambah," ungkap Dr.Hj.Siti Marifah, MM, MH, Ketua Komisi Perempuan, Remaja dan Keluarga (KPRK) Majelis Ulama Indonesia (MUI).
Dr.Hj. Siti Marifah, MM, MH, menyampaikan pendapatnya tersebut dalam sambutannya di seminar nasional 'Perempuan dan Pengembangan Ekonomi Kreatif', Sabtu (10/4/2021).
Seminar nasional yang diselenggarakan Komisi Perempuan Remaja dan Keluarga MUI secara hibrid itu, menghadirkan delapan pembicara.
Di antaranya, Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Dr.H.Sandiaga Salahuddin Uno, dan Wakil Ketua MUI Drs.H.Basri Bermanda, MBA.
Mengingat perempuan yang paling merasakan dampak ekonomi akibat pandemi Covid-19, karenanya pelibatan perempuan dalam penanganan Covid 19 adalah keniscayaan.
"Untuk menjaga ketahanan keluarga, masyarakat dan negara. Dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan tekhnologi hari ini, perempuan adaptif dengan pemanfaatan media sosial untuk pengembangan diri, ekonominya dan ekonomi keluarganya, salah satunya melalui ekonomi kreatif dan UMKM (Usaha Mikro, Kecil dan Menengah," jelas Dr.Hj.Siti Marifah, MM, MH.
Ia menjelaskan lebih jauh, konfigurasi fakta, peluang, kendala dan tantangan perempuan sebagai subyek dan penerima manfaat dari ekonomi kreatif ini tentu menarik untuk ditelisik Iebih dalam lagi.
"Agar dapat menjadi pembelajaran yang kongkrit bagi perempuan yang bergerak di sektor ekonomi kreatif, dengan menggali pengalaman para praktisi serta memahami regulasi dan kebijakan negara dan pemerintah akan diketahui peta jalan ekonomi kreatif yang tepat khususnya bagi perempuan," jelasnya.
Ikhtiar perempuan muslimah sebagai subyek penerima manfaat ekonomi kreatif merupakan kewajiban karena menjadi sarana (wasilah) mewujudkan keluarga mandiri, masyarakat sejahtera, Indonesia Maju.
"Membiarkan terbengkalainya ekonomi keluaga dan masyarakat berarti menentang konsep kesejahteraan dan kebahagiaan sebagaimana diajarkan Islam," tuturnya.
Itulah yang mendasari Komisi Perempuan Remaja dan Keluarga MUI, bekerja sama dengan PT Perwiratama Group, menyelenggarakan seminar nasional ini, yang disertai kunjungan lapangan.
Seminar Nasional 'Perempuan dan Pengembangan Ekonomi Kreatif' tersaji dengan baik, lancar dan sukses, melibatkan 50 peserta offline dan sekitar 300 peserta online, terdiri dari KPRK seluruh Indonesia dan ormas perempuan.