Tangis Wanita Gendong Buaya Dewasa Peliharaannya yang Dievakuasi Petugas dari Rumahnya di Kemayoran
Buriah, warga JKelurahan Utan Panjang, Kecamatan Kemayoran, Jakarta Pusat, menangis ketika harus berpisah dengan buaya dewasa peliharaannya.
Penulis: Adi Suhendi
"Jadi rumah itu ada dua lantai. Buayanya dipelihara di lantai dua dan di balkon," kata Amadeo.
Baca juga: Mandi di Sungai, Bocah Perempuan di Pulau Buru Diterkam Buaya, Korban Belum Ditemukan
Lantaran memelihara hewan yang tidak lazim tersebut, Amadeo mengatakan, warga setempat melaporkan hewan tersebut ke kelurahan.
"Mungkin karena khawatir, jadi warga setempat melaporkan ke pemerintah setempat," ujar dia.
Mengenal jenis-jenis buaya
Dilansir dari kompas.com, ada empat jenis buaya yang hidup di Indonesia.
Pertama, buaya muara atau dengan nama latin Crocodylus Porosus.
Menurut Hellen Kurniati, pakar buaya di Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), buaya muara merupakan salah satu jenis buaya yang ganas dan berbahaya.
Pasalnya, hewan ini berada di atas dalam rantai makanan sehingga jenis mangsa buaya akan berubah seiring umur dan ukurannya.
"Kalau masih bayi, dia makannya ya anak ikan atau kodok, besar sedikit akan makan ikan. Semakin besar ukuran buaya, mangsanya akan semakin besar juga untuk mencukupi kebutuhannya," katanya.
Namun, dalam banyak kasus di mana manusia menjadi korban keganasan buaya di Indonesia, penyebabnya adalah manusia yang lalai ketika berada di wilayah habitat buaya.
Baca juga: Pancing Pakai Umpan Monyet, Warga Berhasil Tangkap Buaya Betina Pemangsa Penambang Timah di Bangka
"Pada dasarnya buaya adalah hewan agresif dan ganas. Kadang manusia yang harus berubah perilakunya agar tidak menjadi sasaran keganasan buaya. Misalnya, tidak masuk ke wilayah habitat buaya agar tidak jadi korban," katanya.
"Misalnya, di daerah pesisir pantai di Kupang, sudah dipasang untuk tidak berenang atau memancing di wilayah habitat buaya muara, tetapi kadang tidak diindahkan," tambah Hellen kepada Kompas.com pada hari Kamis (14/12/2017).
Hellen pun menceritakan pengalamannya saat dia dan Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) di Kupang memilih untuk menangkap induk buaya muara di pesisir pantai untuk ditangkarkan, agar tidak terjadi gesekan dengan aktivitas manusia.
"Karena tingkat kesadaran warga masih rendah, dan kita ingin tidak ada lagi ada kasus serangan buaya, maka kita cari induk buaya untuk ditangkarkan," katanya.
Baca juga: Mandi di Sungai, Bocah Perempuan di Pulau Buru Diterkam Buaya, Korban Belum Ditemukan