Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

8 Tahun Setelah Pembunuhan Ade Sara, Orangtuanya Tak Mau Hidup dalam Kebencian, Pilih Maafkan Pelaku

Delapan tahun silam, kasus pembunuhan seorang gadis bernama Ade Sara menggemparkan publik.

Editor: Willem Jonata
zoom-in 8 Tahun Setelah Pembunuhan Ade Sara, Orangtuanya Tak Mau Hidup dalam Kebencian, Pilih Maafkan Pelaku
Kompas.com/Robertus Belarminus)
Ade Sara Angelina Suroto (19), mahasiswa yang dibunuh mantan kekasihnya Ahmad Imam Al Hafitd (19). Mayat Ade dibuang di tol JORR ruas Bekasi, kilometer 41, Jawa Barat. Ahmad dibantu Assyifa Ramadhani (19), kekasih barunya. 

TRIBUNNEWS.COM - Delapan tahun silam, kasus pembunuhan seorang gadis bernama Ade Sara menggemparkan publik.

Ade Sara dibunuh oleh Hafidt, mantan pacarnya. Jasadnya kemudian dibuang di pinggir jalan tol Bintara, Bekasi, Jawa Barat, dan ditemukan pada 5 Maret 2014.

Kepergian Ade Sara merupakan pukulan telak bagi orangtuanya, Suroto dan Elisabeth.

Apalagi Ade Sara adalah anak semata wayang mereka.

"Kalau dulu, waktu masih tahun 2014, saya pun bertanya-tanya. Tidak ada Sara, saya itu berpikir, bagaimana saya menjalaninya," kata Suroto, ayah Ade Sara, saat berbincang dengan Kompas.com, Minggu (7/3/2022).

Baca juga: Motif Pembunuhan di Muara Enim, Cemburu karena Korban Dekat dengan Wanita yang Diincar Pelaku

Awalnya, sebagai seorang ayah, tentu saja Suroto menyimpan amarah kepada pelaku pembunuh putrinya.

Apalagi, pelaku pembunuhan Ade Sara itu masih orang dekat, yakni mantan kekasihnya Ahmad Imam Al Hafitd, bersama sang pacar barunya, Assyifa Ramadhani.

Berita Rekomendasi

Kompas.com/Robertus Belarminus/Warta Kota/Adhy Kelana

Namun, pada akhirnya, Suroto menyadari bahwa yang harus dilakukannya agar bisa bertahan adalah dengan memaafkan kedua pelaku.

"Setiap orang berbeda-beda. Ada yang menemukan kedamaian dengan penuh perjuangan. Di ajaran kami, berdamai itu kami harus memberi pengampunan kepada mereka (Hafitd dan Assyifa)," kata Suroto.

"Dengan seperti itu, kami seperti melepaskan rasa benci kami kepada mereka. Dengan melepaskan, memang penderitaan dan kedukaan itu masih ada, tapi cara pandang kami menghadapi kedukaan itu menjadi berbeda. Serasa lebih ringan," sambungnya.

Baca juga: Kasus Pembunuhan Bocah yang Ditemukan Tewas Tanpa Kepala Terungkap, Semua Berawal dari Buah Durian

Sebagai wujud nyata pemberian maaf itu, orangtua Ade Sara pun sampai menemui pembunuh anak mereka yang tengah menjalani hukuman seumur hidup di penjara.

"Mungkin bagi orang aneh, keluarga korban dan pelaku saling bertemu. Tetapi, ajaran kami mengajarkan bahwa kasih bukan kata sifat, tetapi kata kerja. Harus dikerjakan agar ada artinya," kata Suroto.

"Istri saya pernah beberapa kali bertemu Hafitd di penjara. Awalnya kami selalu gagal ketika ingin menjenguk Hafitd. Tapi, istri saya berhasil bertemu untuk pertama kalinya kira-kira sebelum tahun 2016," ujarnya.

Orang tua Ade Sara yakni, Elisabeth dan Suroto, saat di Pengadilan Negeri Jakarta Pusat, Selasa (14/9/2014).
Orang tua Ade Sara yakni, Elisabeth dan Suroto, saat di Pengadilan Negeri Jakarta Pusat, Selasa (14/9/2014). (Tribunnews.com/Achmad Rafiq)

Bertemu Hafitd

Elisabeth membenarkan bahwa prosesnya bertemu Hafitd bukan lah hal yang mudah.

"Sebenarnya bertemu Hafitd ketika itu tidak mudah. Kenapa? Karena saya mamanya korban. Kemudian dari Hafitd juga waktu itu enggan bertemu. Lalu karena saya mama korban, dikhawatirkan melakukan hal yang tidak diinginkan. Makanya saya berturut-turut gagal," ujarnya.

Namun Elisabeth merasa hal itu harus dilakukan sebagai bagian dari proses untuk memaafkan pelaku.

Akhirnya, Elisabeth pun terus berusaha hingga akhirnya berhasil bertemu Hafitd.

"Semua karena kebaikan Tuhan, saya bertemu untuk yang pertama di Salemba. Saya modal nekat, enggak berhenti berusaha. Di situ saya nunggu 4 jam, Hafitd masih ragu," kenang Elisabeth.

Elisabeth saat itu terus meminta petugas untuk meyakinkan Hafitd agar mau menemuinya.

"Akhirnya Hafitd mau keluar. Di situ dia bilang dia enggak enak karena dia enggak punya cukup kekuatan untuk bertemu saya. Di sana saya nasihati dia. Banyaklah yang saya sampaikan saat itu," kata Elisabeth.

Baca juga: Perempuan Tua di Langkat Sumut Jadi Korban Pembunuhan: Pelaku Kabur dari Jendela

Setelah pertemuan pertama itu, Elisabeth sempat kembali mengunjungi Hafitd sampai beberapa kali.

"Sekarang sudah cukup lama juga tidak bertemu karena pandemi. Terakhir bertemu itu yang sebelum pandemi," ujarnya.

Orangtua Ade Sara juga sampai saat ini masih menjalin hubungan baik dengan keluarga Hafitd.

"Lebaran tahun lalu kami sempat ke tempat orangtua Hafitd. Dan sebenarnya Natal kemarin juga mereka ingin ke rumah kami, cuma buya (panggilan ayah Hafitd) sedang sakit dan tidak bisa ditinggal. Jadinya Umi (panggilan ibu Hafitd) tidak bisa ke sini. Mereka kirim makanan," kata Suroto.

Assyifa Ramadhani (18) (kerudung biru) pembunuh Ade Sara Angelina Suroto, menangis usai menjalani sidang putusan di Pengadilan Negri Jakarta Pusat, Selasa (9/12/2014). Majelis Hakim, memutuskan menjatuhkan hukuman bagi Assyifa dengan pidana penjara selama 20 tahun. WARTA KOTA/ANGGA BHAGYA NUGRAHA
Assyifa Ramadhani (18) (kerudung biru) pembunuh Ade Sara Angelina Suroto, menangis usai menjalani sidang putusan di Pengadilan Negri Jakarta Pusat, Selasa (9/12/2014). Majelis Hakim, memutuskan menjatuhkan hukuman bagi Assyifa dengan pidana penjara selama 20 tahun. WARTA KOTA/ANGGA BHAGYA NUGRAHA (WARTA KOTA/ANGGA BHAGYA NUGRAHA)

Orangtua Ade Sara juga sebenarnya sudah mencoba untuk menjenguk Assyifa, satu pelaku lain dalam pembunuhan anak mereka yang ditahan di Rutan Pondok Bambu, Jakarta Timur.

Namun upaya untuk bertemu Assyifa belum berhasil sampai saat ini.

"Kalau Assyifa, kami dengan dia dan keluarganya juga tidak ada kontak apa-apa. Sempat dijembatani beberapa pihak (untuk bisa menjenguk Assyifa), tetapi tidak berhasil," kata Suroto.

Cinta Segitiga

Ade Sara, Hafitd, dan Assyifa sudah saling mengenal sejak mereka duduk di bangku SMA di SMAN 36 Rawamangun, Pulogadung, Jakarta Timur.

Hafitd sempat berpacaran dengan Ade Sara. Setelah putus, Hafitd kemudian berpacaran dengan Assyifa.

Hafitd dan Assyifa membunuh Ade Sara karena memiliki motif yang berbeda.

Hafitd mengaku sakit hati kepada Sara yang memutuskannya karena alasan perbedaan agama.

Ia semakin geram saat mengetahui Sara kembali berpacaran dengan laki-laki berbeda agama.

Hafitd juga kesal karena Sara enggan bertemu dan berkomunikasi dengannya setelah putus.

Di sisi lain, Assyifa mengaku cemburu lantaran Hafitd masih sering menghubungi mantan pacarnya.

Ia pun takut Hafitd kembali berpacaran dengan Sara. Pasangan sejoli itu pun menyiksa Ade Sara hingga tewas.

Penyiksaan itu dilakukan di dalam mobil KIA Visto milik Hafitd.

Mereka bergantian menganiaya Sara berupa pemukulan, penyetruman, pencekikan menggunakan tali tas, dan penyumpalan mulut korban dengan tisu dan kertas koran.

Setelah Ade Sara meninggal, Hafitd dan Asyifa tetap menempatkannya di kursi belakang mobil Hafitd.

Mereka berdua membawa jasad itu berkeliling Jakarta dan sekitarnya, hingga kemudian membuang jasad Sara di pinggir tol.

Artikel ini telah tayang di Tribun-Medan.com dengan judul Curhat Ortu Ade Sara, Anak Gadis Semata Wayangnya Dibunuh Mantan, Jasadnya Dulu Dibawa Keliling Kota

Sumber: Tribun Medan
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di

Wiki Terkait

© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas