Iyus, Dari Sukabumi Kunjungi Makam Adik dan Ibu di TPU Karet Bivak, Kelelahan Tak Sanggup Berjalan
Iyus datang dari Cicurug, Sukabumi. Sekalian lebaran bersama keluarga di Jakarta, ia ingin melepas rindu dengan sempatkan diri mengunjungi makam adik
Editor: Johnson Simanjuntak
Laporan Wartawan Tribunnews.com Mario Christian Sumampow
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Iyus, 61 tahun, tampak duduk kelelahan di salah satu makam di kawasan Taman Pemakaman Umum (TPU) Karet Bivak.
Ia menyendiri, duduk termenung saat dihampiri oleh wartawan Tribunnews.com, Selasa (3/5/2022).
Ternyata ia kelelalahan, karena jarak tempuh menuju makam adik dan ibunya terlalu jauh. Ia memilih duduk di salah satu makam, sedangkan keluarganya pergi menyekar ke makam.
"Saya tadi bersama keluarga. Tapi karena jaraknya jauh, saya capek. Saya istirahat dulu. Keluarga saya duluan ke makam," ujarnya.
Iyus datang dari Cicurug, Sukabumi. Sekalian lebaran bersama keluarga di Jakarta, ia ingin melepas rindu dengan sempatkan diri mengunjungi makam adik dan ibunya.
Ia mengaku senang karena akhirnya bisa datang ke makam keluarganya. Mengingat beberapa tahun lalu semuanya terkendala oleh pandemi Covid-19.
"Syukurlah sekarang bisa ke sini (berziarah), karena tahun lalu tidak bisa karena Covid-19," ujarnya sambil sesekali matanya menyusuri sudut area pemakaman mencari di mana posisi keluarganya yang akan datang menjemput.
Selama di Jakarta, Ia tinggal di kawasan Gambir, Jakarta Pusat di tempat keluarganya, sekalian merayakan lebaran.
Baca juga: Ziarah Kubur Ternyata Telah Dilakukan Sejak Zaman Prasejarah, Berikut Manfaatnya Menurut Sains
Melihat situasi TPU Karet Bivak yang ramai oleh peziarah, ia mengaku senang. Selain karena diperbolehkannya lagi izin berziarah, ia juga bersyukur melihat masih banyak orang-orang yang tidak lupa dengan keluarganya yang sudah tiada.
Tak terasa, di bawah terik matahari yang mulai meninggi, keluarganya pun datang menjemput.
Gian, namanya. Laki-laki yang tampak berusia 20 tahunan itu datang menghampiri ke arah Iyus. Ia merupakan keponakannya. Ia datang menjemput Iyus untuk membawanya mengunjungi makam keluarga mereka.
Iyus dan Gian pun berjalan perlahan, menuju di mana makan adik Iyus berada. Meski tampak tua dan renta, Iyus terus berjalan pelan digandeng oleh keponakannya.