Psikolog Forensik: Mengapa Eliezer & Madih Tiba-tiba Muncul Meniup Peluit Senyaring-nyaringnya?
Reza membandingkan kasus Madih dengan kasus yang menyeret Richard Eliezer. Richard banting setir menjadi justice collaborator, Madih whistleblower.
Penulis: Dewi Agustina
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Seorang polisi bernama Bripka Madih mengaku pernah diminta sejumlah uang pelicin saat membuat laporan polisi.
Anggota Provos Polsek Jatinegara itu dimintai uang oleh penyidik sebesar Rp 100 juta saat melaporkan kasus penyerobotan lahan.
Perlakuan yang diterima Bripka Madih viral di media sosial yang satu di antaranya diunggah akun instagram @jktnewss.
Dalam pengakuannya, Bripka Madih diminta uang sebesar Rp 100 juta agar laporannya bisa diselidiki.
Baca juga: SOSOK Bripka Madih, Anggota Provost Polri yang Mengaku Jadi Korban Pemerasan oleh Sesama Polisi
Tak hanya uang ratusan juta rupiah, Bripka Madih juga mengaku penyidik itu juga meminta sebidang tanah seluas 1.000 meter.
"Ane ini sebagai pihak yang dizolimi, pelapor, bukan orang yang melakukan pidana, kecewa. Karena orangtua ane itu hampir 1 abad, melaporkan penyerobotan tanahnya ke Polda Metro Jaya. Kenapa dimintai biaya penyidikan coba? Oknum penyidik Polda mintanya sama Madih nih Saya, bukan ke orangtua ane. Dan minta hadiah," ucap Madih dalam video yang diunggah akun Instagram @undercover.id pada Kamis (2/2/2023).
"Ane ungkap, ane bongkar, ane buka...."
Demikian ucapan Bripka Madih saat menceritakan kasus yang menimpanya.
Lalu bagaimana menurut Psikolog Forensik?
Psikolog Forensik Reza Indragiri Amriel menyampaikan pandangannya terkait kasus ini.
Menurut Reza Indragiri, kalimat "Ane ungkap, ane bongkar, ane buka...." yang diucapkan Bripka Madih mengingatkannya pada istilah whistleblowing.
"Whistleblowing itulah yang perlu disuburkan di internal kepolisian. Karena, siapa yang paling mungkin mengetahui adanya penyimpangan oleh personel polisi, kalau bukan sesama personel polisi sendiri?" kata Reza dalam rilisnya kepada Tribunnews, Minggu (5/2/2023).
Diakui Reza Indragiri, memang berat menjadi whistleblower.
Baca juga: SOSOK Bripka Madih, Anggota Provost Polri yang Mengaku Jadi Korban Pemerasan oleh Sesama Polisi
Dia menggambarkan, delapan puluhan persen orang menolak buka-bukaan tentang skandal internal karena takut akan adanya pembalasan.