Kronologi Sopir Taksi Dibunuh Oknum Densus 88, Kebaikan Hati Beri Tumpangan Dibalas Tindakan Keji
Bripda HS menggunakan jasa taksi online milik Sony dengan memesan secara offline atau tanpa menggunakan aplikasi.
Editor: Choirul Arifin
Korban juga tak sempat memberikan informasi terkait peristiwa yang dialaminya karena sudah tak sadarkan diri.
Sementara itu, Ketua RT setempat bernama Riko Marjoni mengatakan, korban mendapatkan luka sayatan di beberapa bagian tubuhnya.
Tak hanya itu, korban juga ditusuk di bagian lehernya. Bahkan, sebilah pisau masih menancap di lehernya saat korban ditemukan tewas di samping mobil.
"Sajam-nya (senjata tajam) masih nempel di leher, pisau kecil," kata Riko.
Selain di leher, lanjut Riko, luka sayatan juga tampak di bagian perut dan lengan korban. Darah mengalir deras dari luka-luka itu. Banyak luka tusuk di tubuh korban.
Tetangga korban bernama Mansur turut mengungkapkan hal yang sama. Menurut Mansur, Sony mendapatkan banyak luka tusuk, mulai dari dada hingga punggungnya.
"Luka tusuk ada banyak, itu ada luka di leher sama luka tusuk di dada, sama di punggung juga ada," ungkap Mansur saat ditemui Kompas.com di kediaman Sony di Tambun Selatan, Senin.
Dilihat dari lukanya, Mansur menduga, korban ditusuk menggunakan sebilah pisau.
Polisi pun menduga bila Sony menjadi korban pembunuhan hingga akhirnya polisi langsung melakukan penyelidikan dan memburu pelakunya.
Polisi pun menangkap Bripda HS pada hari yang sama saat dirinya membunuh korban di Puri Persada, Desa Sindang Mulya, Bekasi, Jawa Barat sekitar pukul 16.30 WIB.
Setelah dilakukan penyelidikan awal oleh jajaran Polres Metro Depok, kasus tersebut kemudian dilimpahkan ke Polda Metro Jaya.
Penyelidikan kemudian dilanjutkan oleh penyidik Subdit Resmob Ditreskrimum Polda Metro Jaya.
Setelah dua pekan sejak peristiwa itu terjadi, kepolisian akhirnya mengungkapkan sosok pelaku pembunuhan tersebut kepada keluarga korban.
Penyidik sudah melakukan pemeriksaan dan pelaku sudah ditahan.
"Tadi kami sudah ke Subdit Resmob, pada prinsipnya kami baru mengetahui bahwa pelaku merupakan oknum daripada kepolisian itu sendiri," ujar Jundri R Berutu.
Istri Korban Minta Diungkap Tuntas
Pihak keluarga berharap kasus itu dapat diungkap secara terang benderang.
Rusni Masna Asmita, istri almarhum Sony yang tewas dibegal Bripda HS berharap kasusnya diusut tuntas.
Hal itu disampaikan Rusni karena setelah dua pekan sejak peristiwa terjadi, ia tak mendapatkan informasi mengenai perkembangan penyelidikan kasus pembunuhan suaminya.
Baca juga: Kuasa Hukum Sopir Taksi Online Duga Kliennya Tewas Akibat Aksi Pembunuhan Berencana
Rusni baru mendapatkan informasi bahwa pelaku pembunuhan suaminya adalah seorang anggota Polri aktif dan telah ditahan, setelah berinisiatif mendatangi Polda Metro Jaya pada Selasa (7/2/2023) hari ini.
"Saya minta tadi agar secepat mungkin ini selesai biar saya bisa menata ke depan, karena saya harus menggantikan posisinya mencari nafkah," ujar Rusni di Mapolda Metro Jaya, Selasa (7/2/2023).
Tanggapan Densus 88
Detasemen Khusus (Densus) 88 Antiteror Polri menegaskan, tidak akan menoleransi perbuatan anggotanya yang melanggar hukum.
Hal ini disampaikan Kabagrenmin Densus 88 AT Polri Kombes Aswin Siregar saat ditanya soal pembunuhan sopir taksi online di Depok oleh oknum personel Densus 88.
"Pimpinan Densus 88 AT tidak mentolerir pelanggaran hukum yang dilakukan oleh personel Densus 88," kata Kabagrenmin Densus 88 AT Polri Kombes Aswin Siregar saat dikonfirmasi, Selasa (7/2/2023).
Aswin mengatakan, kasus itu akan dirilis oleh Polda Metro Jaya. Ia enggan bicara lebih jauh menanggapi kasus itu.
Namun Rusni, istri almarhum Sony, merasa penyelidikan kasus pembunuhan suaminya berjalan begitu lambat.
"Saya tidak mau hanya urusan bolak-balik ke tempat ini (Polda Metro Jaya)," sambung dia.
Sebab, beberapa hari sejak kejadian, penyidik sempat menyampaikan akan menggelar rekonstruksi ulang. Namun, pihak keluarga tak mendapatkan informasi lebih lanjut soal pelaksanaan kegiatan tersebut.
"Dia (penyidik) bilang juga kepada kami bahwa dia akan memberitahukan minggu ini untuk reka ulang. Tapi sampai kami menunggu tidak ada kabar berita dari sini," kata Rusni.
"Sehingga saya merasa karena kami orang susah, orang tidak mampu, atau pun tidak ada pelaporan dari saya, sehingga masalah ini disepelekan," imbuh dia.
Laporan reporter Ramadhan [Warta Kota] dan Rahel Narda Chaterine/Tria Sutrisna [Kompas.com]