Kisah Sobir Warga Semarang yang Gagal Berobat Syaraf Kejepit Usai Pengobatan Ida Dayak Dibatalkan
Sobir mengatakan bahwa dirinya memang sengaja datang bersama istri dan anaknya hanya untuk mengobati penyakit syaraf kejepit yang ia derita
Penulis: Fahmi Ramadhan
Editor: Muhammad Zulfikar
Laporan wartawan Tribunnews.com, Fahmi Ramadhan
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Sambil berbaring di tempat duduk yang terbuat dari keramik di emperan toko, Sobir (53) warga Semarang, Jawa Tengah pasrah ketika keinginannya untuk mengobati penyakit syaraf kejepitnya di pengobatan tradisional Ida Dayak harus pupus.
Seperti diketahui praktik pengobatan Ida Dayak terpaksa ditiadakan oleh pihak Divisi 1 Infanteri Kostrad Cilodong usai membludaknya jumlah pasien pada Senin (3/4/2023) kemarin.
Sambil terbata-bata, Sobir mengatakan bahwa dirinya memang sengaja datang bersama istri dan anaknya hanya untuk mengobati penyakit syaraf kejepit yang ia derita sejak tujuh tahun lalu.
Baca juga: Viral Ida Dayak, Dokter: Pengobatan Medis Tak Bisa Digantikan Non-Medis
"Saya dari Semarang mas, mau berobat syaraf kejepit ke bu Ida," kata Sobir ketika ditemui Tribunnews.com di area Mako Kostrad, Cilodong, Depok, Jawa Barat, Selasa (4/4/2023).
Adapun penyakit yang dirasakan Sobir, ia mengaku pada bagian tangan kanannya tidak bisa bergerak sempurna hingga kesulitan untuk bergerak.
Ketika dijumpai pun Sobir hanya bisa berbaring lemas sambil ditemani oleh sang istri di dekatnya.
Sobir sejatinya telah tiba di Depok sejak hari pertama jadwal pengobatan Ida Dayak pada Senin kemarin.
Namun dikarenakan jumlah pasien yang begitu banyak, Sobir yang diantar istrinya akhirnya gagal ditangani oleh praktisi medis tradisional asal Kalimantan Timur tersebut.
Baca juga: Sudah Dibatalkan, Tapi Puluhan Warga Masih Mendatangi Lokasi Pengobatan Ida Dayak di Cilodong
"Rencananya kemarin (mau berobat) tapi gajadi orangnya keburu udah gak ada," ujarnya.
Karena jauh dari rumah, alhasil Sobir bersama anggota keluarganya itu pun terpaksa bermalam dan tidur di mobil yang ia gunakan dari Semarang.
Berharap di hari kedua keinginannya untuk berobat bisa terwujud, justru pengobatan itu kini ditiadakan oleh pihak penyelenggara.
"Saya awalnya gak tau kalo pengobatannya batal, tapi tadi akhirnya dikasih tau sama bapaknya kalo hari ini gak ada pengobatan," ujarnya.
Namun ia masih memutuskan menunggu sedikit lebih lama lagi di lokasi tersebut sembari menunggu informasi mengenai praktik pengobatan tersebut.
"Saya tunggu informasi dulu aja sambil istirahat disini," kata Sobir.
Sobir pun mengungkap alasannya mengapa dirinya begitu bersikeras ingin berobat menggunakan jasa Ida Dayak.
Menurut informasi yang ia lihat di sosial media, Ida Dayak dianggap bisa menyembuhkan berbagai penyakit yang dialami masyarakat.
"Saya tau bu Ida dari HP, buktinya udah ada karena ngobatin orang banyak, viral juga," sebutnya.
Baca juga: Kisah Lansia Tertatih-tatih Bopong Istrinya yang Lumpuh Agar Bisa Berobat ke Ida Dayak
Sejatinya Sobir bukan satu-satunya warga yang memutuskan bertahan di lokasi yang sebelumnya dijadikan tempat pengobatan Ida Dayak.
Berdasarkan pantauan Tribunnews.com, di sekitar lokasi itu juga terlihat puluhan warga lainnya yang masih berharap pengobatan tradisional itu bisa kembali digelar.
Sebelumnya diberitakan, Panglima Divisi Infanteri 1 Kostrad Mayjen TNI Bobby Rinal Makmun meminta maaf kepada masyarakat yang sudah hadir karena tidak bisa diobati dan dibatalkan pengobatan tradisional Ida Dayak di hari kedua.
"Mohon maaf saya mengumumkan, Ibu Ida tidak bersedia atau tidak mampu untuk melakukan pengobatan, karena kondisinya ramai sekali tidak mungkin melakukan pengobatan satu per satu," ujar Panglima Divisi Infanteri (Pangdivif) 1 Kostrad Mayjen TNI Bobby Rinal Makmun saat mengumumkan ke warga, di Kostrad Cilodong, Depok, Senin (3/4/2023).
Pembatalan pengobatan tradisional Ida Dayak di hari kedua ini harus dilakukan oleh pihak Kostrad, karena pada hari pertama mengalami keriuhan.
Bahkan diprediksi sebanyak ribuan orang datang langsung ke lokasi hanya berharap keajaiban dari tangan Ida Dayak.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.