Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Pengamat Sebut Kualitas Udara Jakarta Alami Perbaikan Saat WFH Berbarengan KTT ASEAN

pembatasan kendaraan pada Senin (4/9/2023) siang atau saat penyelenggaraan Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) ke-43 ASEAN punya pengaruh cukup baik

Penulis: Danang Triatmojo
Editor: Wahyu Aji
zoom-in Pengamat Sebut Kualitas Udara Jakarta Alami Perbaikan Saat WFH Berbarengan KTT ASEAN
TRIBUNNEWS/IRWAN RISMAWAN
Warga beraktivitas saat berlangsungnya Hari Bebas Kendaraan Bermotor (HBKB) atau Car Free Day di Kawasan Bundaran HI, Jakarta, Minggu (27/8/2023). Aktivitas Car Free Day di Jakarta tetap ramai meskipun kualitas udara Jakarta dalam keadaan tidak sehat yakni dalam situs IQAir pukul 06.65 WIB, indeks kualitas udara di Jakarta memiliki angka 169, terburuk kedua di antara kota-kota dunia. TRIBUNNEWS/IRWAN RISMAWAN 

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Danang Triatmojo

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pengamat Ekonomi Energi Universitas Gadjah Mada (UGM) Fahmy Radhi mengatakan kebijakan Work From Home (WFH) dan pembatasan kendaraan pada Senin (4/9/2023) siang atau saat penyelenggaraan Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) ke-43 ASEAN punya pengaruh cukup baik terhadap kualitas udara di DKI Jakarta.

“Pengurangan kendaraan bermotor akibat WFH saat penyelenggaraan Konferensi Tingkat Tinggi ASEAN membuat udara Jakarta langsung lebih bersih,” kata Fahmy, Senin (4/9/2023).

Pada Senin siang, indeks kualitas udara (AQI) sempat menunjukkan kategori sedang dengan level 99, dari sebelumnya yang menyentuh level 157 dan masuk kategori tidak sehat.

Perihal ini, Fahmy menyebut hal ini bisa mencerminkan bahwa tuduhan PLTU sebagai sumber polusi Jakarta tidak terbukti.

Apalagi, PLTU Suralaya di Cilegon yang notabene berada tak jauh dari Jakarta, diketahui telah dipadamkan sebesar 1.600 MW sejak tanggal 29 Agustus 2023. Namun setelah dipadamkan, tak memperlihatkan pengaruh terhadap kualitas udara ibu kota dalam sepekan terakhir.

"Seperti yang kita ketahui PLTU Suralaya sudah dipadamkan sebesar 1.600 MW sejak tanggal 29 Agustus 2023, tetapi tidak ada pengaruhnya terhadap kualitas udara di Jakarta seminggu terakhir," katanya.

Berita Rekomendasi

Hal ini lanjutnya, sesuai dengan pernyataan pemerintah terkait penyumbang polutan tertinggi di Jakarta, yaitu sektor transportasi.

Berdasarkan catatan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), sektor transportasi menyumbang lebih dari 44 persen polutan di Jakarta, disusul sektor industri manufaktur.

“Untuk sektor manufaktur, masih banyak pabrik-pabrik milik swasta yang berada di Jakarta dan sekitarnya yang menghasilkan asap saat beroperasi. Dan rata-rata mereka tidak mempunyai alat khusus untuk menyerap debu emisi yang dihasilkan,” kata Fahmy.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas