Kawasan Pecenongan Glodok, Oase Budaya Menyimpan Cerita Keberagaman dan Harmoni
Kawasan ini tidak hanya menjadi saksi sejarah percampuran berbagai budaya, tetapi juga mencerminkan kekayaan tradisi.
Penulis: Eko Sutriyanto
Editor: Willem Jonata
![Kawasan Pecenongan Glodok, Oase Budaya Menyimpan Cerita Keberagaman dan Harmoni](https://asset-2.tstatic.net/tribunnews/foto/bank/images/Glodok-1-21112024.jpg)
"Dibangun pada tahun 1650, tempat ibadah ini menjadi pusat spiritual masyarakat Tionghoa yang menganut ajaran Buddha dan Taoisme," katanya.
Destinasi berikutnya yang dikunjungi adalah Gereja Santa Maria de Fatima, sebuah gereja Katolik dengan arsitektur unik bergaya Tionghoa.
Terletak di tengah kawasan Pecinan, gereja ini menjadi simbol indah dari perpaduan budaya dan agama.
"Kami terkesan oleh bagaimana elemen-elemen khas Tionghoa menyatu dengan fungsi spiritual Katolik, menggambarkan bahwa keragaman adalah kekuatan, bukan penghalang," katanya
Kemudian Gerbang Chinatown yang menjadi jejak sejarah di Pantjoran Tea House.
Dulunya ini menjadi pintu masuk utama ke kawasan Pecinan dan telah direvitalisasi pada tahun 2015.
Kini Pantjoran Tea House menjadi ruang untuk merayakan tradisi minum teh khas Tionghoa, menghadirkan kembali kenangan masa lalu dalam suasana modern.
"Kunjungan ini bukan hanya tentang melihat bangunan tua atau mempelajari sejarahnya, tetapi juga tentang memahami bagaimana komunikasi antarbudaya dapat terjalin melalui harmoni kehidupan masyarakat di Pecenongan Glodok," kata
Dari Gedung Candranaya hingga Pantjoran Tea House, setiap tempat mengajarkan kami bahwa keberagaman budaya adalah kekuatan yang mampu menyatukan, bukan memecah belah.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.