Hidayat Nur Wahid: Indonesia Mau Impor Rektor? Kok Bisa?
Wakil Ketua MPR RI Hidayat Nur Wahid heran dan mempertanyakan rencana impor rektor dari luar negeri untuk menaikan rangking perguruan tinggi Indonesia
TRIBUNNEWS.COM - Di hadapan Pengurus Himpunan Mahasiswa Pascasarjana Indonesia, 29 Juli 2016, Wakil Ketua MPR Hidayat Nur Wahid mengajak mereka untuk merenungkan wajah pendidikan di Indonesia.
Berbagai isu perlu ditanggapi dan dibahas.
Isu itu adalah seperti soal adanya rencana impor rektor dari luar negeri.
Hidayat Nur Wahid mempertanyakan rencana itu.
Dirinya heran di Indonesia banyak akademisi yang bagus mengapa ada kemungkinan memakai rektor dari luar negeri.
Gimana itu rencana mengimpor rektor,” ujarnya dengan keheranan.
Hal lain yang juga perlu direnungkan adalah rangking perguruan tinggi di Indonesia dalam tingkat Asia maupun dunia yang belum menggembirakan.
Disebut rangking perguruan tinggi dari Indonesia selama ini tidak masuk dalam rangking yang membanggakan baik di tingkat Asia apalagi dunia.
Disampaikan kepada mereka bahwa Indonesia adalah bukan negara muda lagi.
Diungkapkan kepada mereka, para pendiri bangsa dulu adalah orang-orang yang hebat.
Mereka adalah orang-orang yang menguasai ilmu pada bidangnya.
Tak hanya itu, mereka juga menguasai banyak bahasa.
“Itu terjadi sebelum era merdeka,” ujarnya.
Para pendiri bangsa bisa demikian, dikatakan oleh Hidayat Nur Wahid sebab mereka dulu sekolah dalam kondisi yang normal.
“Sekarang pendidikan kita malah tak normal,” paparnya.
Hal demikian mengakibatkan dari sisi tenaga kerja di mana bangsa ini menjadi tidak terhormat.
Diungkapkan banyak orang Indonesia yang menjadi tenaga kerja di negara lain dengan status yang tidak membanggakan, seperti menjadi pembantu rumah tangga.
Dikatakan, dulu mahasiswa Indonesia yang kuliah di Timur Tengah sangat membanggakan namun setelah di sana banyak orang Indonesia yang menjadi pembantu rumah tangga, status mahasiswa Indonesia menjadi menurun.
“Ini tugas mahasiswa pascasarjana untuk mengembalikan kehormatan bangsa,” ucapnya.
Dalam kesempatan itu, Hidayat Nur Wahid juga mengakui bahwa bangsa ini kadang belum bisa menerima ilmu-ilmu yang ditekuni oleh para mahasiswa.
Diakui orang-orang lulusan perguruan tinggi dari luar negeri, seperti anak didik Presiden B.J. Habibie, tidak bisa mengaplikasikan ilmunya di Indonesia.
Hal yang demikian membuat lulusan luar negeri itu kalau tidak bekerja di luar negeri atau tetap di Indonesia namun kerjanya tidak maksimal.
"Karena di sini masih banyak keterbatasan membuat mereka tidak bisa mengaplikasikan ilmunya,” paparnya.
Untuk itu Hidayat Nur Wahid mengharap organisasi para mahasiswa pascasarjana itu berbuat tidak tanggung-tanggung.
Ditegaskan jangan sampai mereka menggunakan organisasi hanya untuk kangen-kangenan.
“Harus dijadikan tempat yang penuh idealisme,” tegasnya.
Hidayat Nur Wahid menemui mereka di Lt. 9, Gedung Nusantara III, Komplek Gedung MPR/DPR/DPD, Jakarta.
Dalam kesempatan itu, Hidayat Nur Wahid siap berkerja sama dengan mereka untuk melakukan Sosialisasi 4 Pilar.
Dikatakan sosialisasi sangat penting.
“Carut marut bangsa ini bisa terjadi karena masyarakat tak memahami nilai-nilai 4 Pilar,” ujarnya.