Peringati Hari Lahir Pancasila, Guz Jazil Bahas Mengenai Pancasila, Indonesia, dan Peradaban Dunia
Hari lahir Pancasila menjadi momen perenungan yang mendalam untuk menghayati kembali nilai-nilai luhur yang digali oleh para pendiri bangsa.
Editor: Content Writer
TRIBUNNEWS.COM - Wakil Ketua MPR RI Jazilul Fawaid menyebutkan bahwa peringatan hari lahir Pancasila setiap tanggal 1 Juni sejatinya bukanlah ajang seremonial belaka.
Penetapan 1 Juni sebagai hari lahir Pancasila melalui Keputusan Presiden (Keppres) No. 24 Tahun 2016 dimaksudkan agar segenap komponen bangsa Indonesia tanpa kecuali menjadikannya sebagai momen kontemplasi atau perenungan yang mendalam untuk menghayati kembali nilai-nilai luhur yang digali oleh para pendiri bangsa dan menempatkannya sebagai ideologi dan falsafah dalam menjalankan kehidupan sebagai bangsa dan negara Indonesia.
Peringatan hari lahir Pancasila pada 2022 kali ini mengambil tema “Bangkit bersama membangun peradaban dunia”. Menurutnya, pemilihan tema tersebut sangat relevan dengan situasi dan kondisi bangsa Indonesia hari ini, serta merupakan refleksi atas keinginan dan harapan segenap bangsa Indonesia untuk tidak hanya bangkit sebagai sebuah negara-bangsa yang tangguh saja, tapi juga berkontribusi banyak bagi masyarakat global dan peradaban dunia.
"Pandemi Covid-19 yang menghantam bangsa Indonesia sejak dua tahun silam telah memberikan pukulan yang cukup berat di segala aspek kehidupan. Sektor kesehatan, pendidikan, ekonomi, politik, hingga sosial budaya, semuanya terdampak. Namun demikian, berkat kepemimpinan visioner dan soliditas kebangsaan yang kita junjung tinggi, bangsa ini mampu bangkit dan lebih berdaya tahan," ujarnya.
Kebangkitan Indonesia
Guz Jazil menyebut bahwa ada banyak hal yang mengindikasikan kebangkitan Indonesia, seperti pertumbuhan ekonomi yang terus bergerak naik secara progresif, angka kasus positif yang mengalami pelandaian, dunia pendidikan dan kerja yang kembali diselenggarakan secara tatap muka, sektor pariwisata dan perdagangan yang mulai bergeliat, serta indikator-indikator empirik lainnya.
Namun yang paling utama dari semua itu menurutnya adalah kegairahan dan optimisme yang luar biasa dari segenap bangsa Indonesia untuk menjalani kehidupan normal dengan spirit kebangsaan yang berlipat-lipat.
"Situasi krisis memberikan pelajaran mahal bagi kita semua bahwa kita pada hakikatnya adalah bangsa yang tangguh dalam situasi apapun, selama soliditas kebangsaan dan keinginan untuk hidup bersama sebagai bangsa selalu kita rawat dengan baik," tuturnya.
"Optimisme kebangsaan yang kita miliki tersebut tidak muncul secara ujuk-ujuk. Dialektika yang kita lalui pada situasi krisis selama dua tahun terakhir membuka cakrawala baru bahwa ketahanan nasional sebuah bangsa angka semakin kokoh jika mampu melewati situasi krisis dengan baik. Kita patut bersyukur bahwa Indonesia tidak terjerumus pada krisis ekonomi yang berujung pada krisis politik yang dalam seperti yang terjadi di Sri Lanka baru-baru ini," ujar Guz Jazil.
"Kita juga mampu menahan diri untuk tidak terlibat dalam konflik global seperti yang ditunjukkan dalam kasus Rusia dan Ukraina, begitu juga perang proksi dan pengaruh antara Amerika Serikat dan Tiongkok yang tetap berlangsung sengit meskipun sirkumstansi global dibebat oleh pandemi Covid-19 dan dampaknya yang begitu akut," katanya.
Kunci dari itu semua adalah tetap dijadikannya Pancasila sebagai philosophische grondslag atau falsafah hidup yang mendasari setiap kebijakan publik, kebijakan luar negeri, dan praksis-praksis penyelenggaraan negara yang dijalankan oleh pemerintah.
Pancasila yang mengandung nilai dasar atau nilai instrinsik (nilai yang terkandung dalam Pembukaan UUD NRI 1945), nilai instrumental (aturan hukum sebagai penjabaran nilai dasar), dan nilai praksis, tidak hanya dipahami secara normatif saja, tapi diejawantahkan secara nyata dalam laku-laku operasional yang memberikan kemaslahatan bagi bangsa dan negara. Implementasinya memang tidak selamanya berjalan dengan lancar.
Guz Jazil mengungkapkan bahwa ada berbagai resistensi masyarakat terkait kebijakan pemerintah di masa pandemi, begitu juga unjuk rasa kalangan masyarakat dalam melihat dan merespons dinamika politik yang berkembang. Namun dengan dituntun oleh nilai-nilai Pancasila sebagai philosophische grondslag, persatuan dan kesatuan tetap terjaga dan kepentingan nasional tercapai dengan baik.
"Suatu hal yang patut diapresiasi dari bangsa Indonesia adalah kemampuan untuk keluar dari situasi sulit di masa pandemi tidak menjadikan kita berpuas diri. Amanat Pembukaan UUD NRI 1945 agar Indonesia turut berpartisipasi dalam mewujudkan perdamaian dunia menjadi penggerak bagi Indonesia untuk semakin berkontribusi di kancah global," imbuhnya.