Panik, Kaffi Tetap Menunaikan Salat Dhuhur
Getaran gempa 7,2 skala richter juga dirasakan masyarakat Banda Aceh. Bahkan, guncangan gempa dirasakan warga lebih keras dibanding gempa-gempa sebelumnya.
Editor: Anwar Sadat Guna
Kaffi, seorang mahasiswa UT Banda Aceh, saat dihubungi Tribunnews, mengaku getaran gempa yang ia rasakan cukup keras.
"Getarannya lebih keras dibanding gempa-gempa sebelumnya. Saat gempa terjadi, saya sedang di mushalla. Kami sedang salat Dhuhur berjamaah, tiba-tiba terjadi guncangan keras dan membuat suasana jadi panik. Satu per satu berusaha menyelamatkan diri karena khawatir atap mushalla roboh. Saat itu saya masih berada di mushalla, namun setelah itu saya kemudian keluar ikut menyelamatkan diri," tutur Kaffi kepada Tribunnews, Minggu (9/5/2010).
Mahasiswa asal Jawa Tengah ini mengaku getaran gempa yang ia rasakan cukup lama. "Sekitar satu menit lamanya. Kepala saya sampai pusing akibat getarannya yang cukup keras."
Kaffi mengatakan, akibat gempa tersebut, suasana di kampus menjadi panik. Mahasiswa yang tadinya masih berada di dalam gedung berhamburan keluar.
"Kami kebetulan sedang ujian semester. Kawan-kawan yang tadi masih berada dalam gedung langsung berhamburan keluar. Mereka panik karena merasakan getaran cukup keras. Susana di komplek kampus sangat ramai. Hampir semua mahasiswa berkumpul di luar gedung sambil mengamati bagian gedung khawatir retak atau ada yang rusak," lanjut Kaffi.
Tak lama setelah peristiwa itu, suasana di kampus perlahan-lahan normal kembali. Namun sejumlah mahasiswa masih terlihat berada di luar dan di halaman kampus. Mereka khawatir terjadi gempa susulan.