Susi Air Bantah Kecelakaan di Nabire akibat Kondisi Pesawat
Maskapai penerbangan Susi Air mengaku bahwa kecelakaan yang dialami salah satu pesawat kargonya di Nabire, Papua Barat
Editor: Anwar Sadat Guna
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA — Maskapai penerbangan Susi Air mengaku bahwa kecelakaan yang dialami salah satu pesawat kargonya di Nabire, Papua Barat, Rabu (23/11/2011), tidak terjadi karena masalah teknis kondisi pesawat.
Pemilik Susi Air, Susi Pudjiastuti, mengatakan bahwa beberapa pesawat yang dimilikinya sudah layak untuk dioperasikan.
"Setiap pesawat ini biasa terbang empat hingga lima kali dalam sehari dari Nabire menuju Sugapa. Jadi, kecelakaan ini bukan disebabkan kondisi pesawat yang buruk. Kami selalu mengecek kelayakannya setiap 100-200 jam," ujar Susi saat melakukan konferensi pers di kediamannya di Jalan Surabaya No 26, Jakarta, Rabu (23/11/2011).
Pesawat Susi Air jenis Twin Otter dilaporkan jatuh di Nabire, Papua Barat, Rabu (23/11/2011).
Pesawat yang lepas landas dari Nabire menuju Bandara Sugapa, Pegunungan Bintang, Papua, ini mengalami kecelakaan saat hendak mendarat.
Hingga saat ini penyebab jatuhnya pesawat dengan nomor registrasi PK-VVG tersebut belum dipastikan.
Menurut Susi, pihaknya tidak berwenang melakukan investigasi penyebab jatuhnya pesawat. Pihaknya hanya berwenang melakukan evakuasi jatuhnya pesawat ini.
"Jadi, kami pastikan, pesawat dalam keadaan normal sebelum berangkat. Untuk lebih jelasnya, silakan media massa mengonfirmasi apa penyebab jatuhnya pesawat kepada pihak Komisi Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT)," kata Susi.
Dalam kesempatan yang sama, Direktur Operasional Susi Air Christian Von Strombeck juga menegaskan, kondisi pesawat terakhir memiliki peforma yang cukup bagus.
"Buktinya sebelum jatuh pesawat itu bisa terbang lagi. Cuma memang pesawat ini tidak bisa turnaround sehingga tidak sempat berbalik mengingat kondisi perlintasan landasan tidak memungkinkan," ucapnya.
Ketika ditanya jatuhnya pesawat karena beban yang berlebihan, Christian menampik hal tersebut. Pasalnya, menurut Christian, pada penerbangan tersebut, pesawat hanya memuat kurang dari jumlah maksimal muatan.
"Muatan maksimal pesawat 1,150 ton, dan pesawat ini hanya memuat 1,090 ton. Jadi, bukan juga karena overload," ungkapnya.