Surat Cinta untuk Presiden di Hari Ibu
Hari Ibu yang jatuh tanggal 22 Desember 2011 ini diperingati oleh berbagai elemen masyarakat dengan berdemo di Bundaran HI.
Penulis: Danang Setiaji Prabowo
Editor: Ade Mayasanto
Laporan Wartawan Tribunnews.com Danang Setiaji
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Hari Ibu yang jatuh tanggal 22 Desember 2011 ini diperingati oleh berbagai elemen masyarakat dengan berdemo di Bundaran HI. Kaum perempuan di Indonesia saat ini memang tidak lagi memperjuangkan kemerdekaan, tetapi berjuang melawan maut.
Hal ini disampaikan Ria, Koordinator Lapangan sekaligus Ketua Badan Pengembangan Potensi Perempuan saat memimpin aksi demo di Bundaran HI, Kamis (22/12/2011). Ria menuturkan saat ini pemerintah harus lebih memperhatikan masalah TKW karena sering diperlakukan tidak manusiawi saat bekerja di luar negeri. "Hari ini kaum perempuan di Indonesia berjuang melawan maut. Menghadapi hukuman mati dan penyiksaan dari majikan mereka di luar negeri tanpa perlindungan yang serius," ujar Ria.
Ria menuturkan Ruyati binti Satubi, TKW asal kabupaten Bekasi yang dihukum pancung oleh Kerajaan Arab Saudi adalah contoh konkret kurangnya perlindungan dari pemerintah. Kemudian TKW lain yang juga dihukum pancung seperti Sumartini binti Manaungi Galisung, atau TKW lain yang terancam hukuman pancung seperti Nurhayati asal Indramayu, dinilai sebagai tidak optimalnya perlindungan pemerintah kepada para pahlawan devisa negara ini.
"Pada momentum hari Ibu ini, kami kirimkan surat cinta kepada Presiden SBY dan Menakertrans. Agar mereka juga memberikan cinta dan kasih sayang kepada saudara kami yang mempertaruhkan hidupnya demi anak dan keluarganya," imbuhnya.