Anggota DPR Malah Dinasehati Pelajar Indonesia di Jerman
Anggota Perhimpunan Pelajar Indonesia di Jerman, aksi walkout saat bertatap muka dengan belasan anggota Komisi I DPR RI
Penulis: Abdul Qodir
Editor: Rachmat Hidayat
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA-- Anggota Perhimpunan Pelajar Indonesia di Jerman, bersama dengan PPI Berlin, Nahdlatul Ulama Cabang Istimewa Jerman, melakukan aksi walkout saat bertatap muka dengan belasan anggota Komisi I DPR RI di kantor KBRI, Berlin, Jerman, Selasa (24/4/2012) lalu.
Mereka meninggalkan ruang pertemuan, karena menolak kedatangan wakil rakyat yang mengikutsertakan keluarganya .
Peristiwa memalukan tersebut terdokumentasi dalam sebuah video yang diunggah di Youtube.
Di video tersebut, mulanya menggambarkan kedatangan rombongan Komisi I DPR di Bandar Udara Tegel, Berlin, pada 23 April 2012.
Selanjutnya, video menggambarkan pertemuan antara anggota Komisi I dengan masyarakat Indonesia yang tinggal di Jerman, termasuk PPI.
Di ruang pertemuan itu, mulanya ketua rombongan Komisi I DPR Hayono Isman memperkenalkan anggota parlemen yang ikut dalam kunjungan kerja kali ini ke Jerman.
Mereka yang ikut di antaranya Tantowi Yahya, Vena Melinda, Yoris, Tritamtomo, Muhamad Usman, dan beberapa anggotamisi I lainnya.
Selanjutnya, dua perwakilan PPI memberikan pernyataan sikap di hadapan para anggota DPR yang diketahui juga ikut menyertakan keluarganya.
"Kami ingin bertanya, tapi tidak terkait dengan (peringatan) Hari Kartini, tapi terkait kunjungan bapak ibu sekalian ke luar negeri yang kebetulan ke Jerman."
"Berkaca dari pengalaman terdahulu setiap kunjungan anggota dewan ke sini selalu disertai keluarga. Padahal, setahu kami ini kunjungan dinas, bukan untuk wisata."
"Semoga keikutsertaan keluarga kali ini tidak menggunakan uang negara sepeserpun," kata seorang perwakilan PPI di video tersebut.
Bagi PPI, kedatangan anggota DPR di Jerman selalu merepotkan KBRI, yang notabene-nya mempunyai tugas bukan untuk melayani anggota Dewan dan keluarganya.
Sebab, mereka menilai kedatangan anggota DPR yang berbondong-bondong tersebut tidak efektif dan tidak ada urgensinya.
"Mengapa budaya ini dilestarikan. Lalu, kami melihat kunjungan bapak ibu ini yang berbondong-bondong ke luar negeri ini seperti kaya orang kampung selalu berbondong-bondong. Ayo kita ke Jakarta yuk, sangat energik. Apalagi, kalau ada produk baru dibawa ke sini. Kaya anak kecil yang memamerkan di Indonesia punya maninan baru. Bangga sekali," ujar perwakilan PPI tersebut.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.