Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Kombes Triawan Serahkan Tugas Kepada Allah

Insiden jatuhnya Sukhoi Superjet 100 menjadi kasus besar pertama yang ditangani Kombes Triawan Marsudi. Ia harus bolak-balik tenda DVI (Disaster

Penulis: Ferdinand Waskita
Editor: Johnson Simanjuntak
zoom-in Kombes Triawan Serahkan Tugas Kepada Allah
Ferdinand Waskita/Tribunnews.com
Kepala Laboratorium dan Klinik Odontologi Kepolisian, Kombes Triawan Marsudi 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Insiden jatuhnya Sukhoi Superjet 100 menjadi kasus besar pertama yang ditangani Kombes Triawan Marsudi. Ia harus bolak-balik tenda DVI (Disaster Victim Identification) untuk mengindentifkasi potongan tubuh korban melalui gigi.

Ia mengaku tidak mengeluh dengan tugas tersebut. Berangkat dari rumahnya di kawasan Serpong, Tangerang pukul 05.30 WIB, Triawan langsung bertugas di RS Sukanto Polri pukul 06.30 WIB.

"Saya identifikasi sampai tugas saya selesai. Biasanya tugas saya berakhir pukul 24.00 WIB," kata Triawan.

Triawan mengaku tidak takut melihat potongan tubuh korban. Malah ia melihat tugas yang diembannya sebagai pengabdian kepada negara.

"Ini kan tidak terjadi setiap hari, dan jangan sampai terjadi lagi. Kita merasa simpati dan empati dengan keluarga," kata Triawan.

Triawan mengaku bangga dapat membantu keluarga korban dengan melakukan identifikasi maksimal. Apalagi identitas jenazah akhirnya dapat diketahui.

"Kalau melihat jenazah kita serahkan doa kita kepada Allah, dan jadikan sebagai pembelajaran," katanya.

Dalam bertugas Kepala Laboratorium Klinik Odontologi Kepolisian itu dibantu oleh 10 anggota ahli gigi. Selain dari kepolisian, pakar dari Universitas Indonesia dan Universitas Padjajaran juga membantu tim tersebut.

"Mereka bantu keahlian dan saling sharing," ujarnya.

Jejak karier Triawan dimulai saat program wajib militer pada tahun 1988. Saat itu ia lulus kuliah dari Universitas Airlangga 1988. Triawan menjelaskan saat itu ia ikut pendidikan keposian dan lulus pada tahun 1989. Setelah itu, Triawan langsung ditugaskan di tanah Papua selama 10 tahun kemudian berpindah ke Lampung.

Sempat mengikuti operasi tegak rencong di provinsi Nangroe Aceh Darusallam pada tahun 2002. Kemudian ia dipindahkan ke Ternate lalu ke Kupang.

"Saat saya merasakan dinas di Jakarta, lalu ada tugas kasus Sukhoi," ujarnya.

Agar beban pekerjaan berkurang, Triawan selalu bercerita tugas yang dihadapinya kepada sang istri. "Istri harus tahu, apapun juga harus tahu," katanya.

Lalu bagaimana dengan anak-anak, apakah mereka juga diberitahu tugas ayahnya.

"Tidak, tapi saya jadi tidak liburan," canda Triawan.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2025 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas