Fraksi TNI Polri Sebut Cek Pelawat Sebagai Uang Pensiun
Namun, Nunun meyakinkan dirinya bahwa nanti orang-orang tersebut yang akan menghubunginya.
Penulis: Edwin Firdaus
Editor: Rachmat Hidayat
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA -Sejumlah mantan anggota DPR periode 1999-2004 dari Fraksi TNI dan Polri menganggap 10 lembar cek pelawat senilai Rp 500 juta yang diterima sehari setelah fit and proper test pemilihan Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia tahun 2004 sebagai uang pensiun.
Ari Malangjudo, mantan Direktur PT Wahana Esa Sejati itu mengatakan kalau ucapan itu dilontarkan Udju Djuhaeri ketika bertemu dengannya saat mengambil jatah cek pelawat di kantor Nunun di Jalan Riau nomor 17 Menteng, Jakarta Pusat.
"Udju menyampaikan, hitung-hitung uang pensiun. Saya tanya, kok uang pensiun pak? Dia bilang karena Fraksi TNI/Polri tidak ada lagi tahun depan," kata Arie menjelaskan peristiwa tanggal 9 Juni 2004, saat bersaksi untuk terdakwa Miranda Goeltom di Pengadilan Tipikor, Kamis (16/8/2012).
Arie menjelaskan ketika itu Udju langsung mengecek isi amplop yang berisi cek pelawat. Dan Arie memastikan kepada Udju apakah benar itu cek pelawat atau bukan. Udju pun membenarkannya, masing-masing anggota TNI dan Polri, diberikan 10 cek pelawat.
Sebelumnya, Arie mengaku bahwa dirinya sempat bertanya kepada Nunun, mengapa memberi cek pelawat kepada anggota Dewan. Namun, terang Arie, Nunun enggan menjelaskan dan hanya mengatakan, "Itu urusan saya."
Karena baru tiba di Jakarta, Arie pun tidak banyak bertanya kepada orang-orang di kantor Nunun itu. Menurutnya, kala itu kantor sedang sibuk menjelang Pemilihan Presiden tahun 2004. Kata Arie, Nunun merupakan simpatisan Megawati dan berasal dari NU.
Ketika diminta Nunun mengantarkan sejumlah cek tersebut ke anggota dewan, Arie mengaku sempat menolak. Menurutnya, pekerjaan mengantarkan cek tersebut terlalu rendah baginya selaku Direktur di perusahaan.
Namun, Nunun meyakinkan dirinya bahwa nanti orang-orang tersebut yang akan menghubunginya.
"Saya tidak tahu ada risikonya (menyerahkan cek-cek pelawat), tapi itu juga dengan sangat terpaksa mengantarkannya," kata Arie.
Tak hanya kepada Udju, Arie juga menyerahkan sejumlah cek kepada anggota DPR dari Fraksi PPP, Endin J. Soefihara. Ketika bertemu, Endin bertanya kepada Arie soal jumlah cek.
Menurutnya, Endin sempat mempertanyakan bagaimana jika isi cek dalam amplop tidak sesuai. Hal tersebut diajukan Endin saat membandingkan isi kantong tas milik Fraksi PPP dengan Fraksi PDIP.
Menurut Arie, kantong tas milik PDIP lebih berat daripada yang kantong milik PPP, Golkar, dan TNI dan Polri. Namun Arie menjelaskan isinya adalah promotion of material untuk Pilpres 2004. "Ibu Nunun kan dukung PDIP," tegasnya.
Terkait dengan Miranda, Arie mengakui tidak pernah datang ke kantor Nunun. Sebaliknya, justru bosnya yang pernah mendatangi Miranda di kantornya.
Saat itu dirinya juga dikenalkan kepada Miranda. Menurut Arie, Miranda memiliki kedekatan dengan Nunun. Hal itu dibuktikan dengan diikutsertakannya cucu Nunun saat berkunjung ke kantor Bank Indonesia. Padahal, kata Arie, Nunun berkunjung pada jam kerja.
Kedekatan itu juga terlihat dari cara berbicara. Topik pembicaraan pun sudah masuk ke topik pribadi seperti mengenai masalah anak. Menurut Arie, tidak ada pembicaraan soal cek pelawat maupun pengantaran cek ke sejumlah anggota dewan.
"Saya pernah ketemu Miranda dua kali. Tapi hanya satu kali bersama Nunun. Saat itu Ibu Nunun manggil Ibu Miranda dengan sebutan Mevrouw, mungkin artinya nyonya. Kalau Miranda ke Nunun manggilnya nama," tandasnya.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.