Hasyim Muzadi: Apa Penangkapan Teroris Harus Diekspose?
Proses penangkapan yang sangat keras, pada akhirnya memunculkan dendam di kalangan para pelaku.
Penulis: Bahri Kurniawan
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Mantan Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Hasyim Muzadi menilai, terorisme masih marak karena Indonesia belum memiliki gerakan terpadu yang komprehensif, untuk menyelesaikan masalah terorisme.
Menurut Hasyim, saat ini upaya pemberantasan terorisme yang dilakukan masih dalam lintas sektoral.
"Kalau mau utuh, misalnya kalau teror berbasis ideologi, harus orang yang mengerti. Selama ini kan hanya sekadar menggelar seminar-seminar di tengah orang yang masih berada dan percaya dalam NKRI," ujarnya dalam acara diskusi Orientasi Konstitusi di Pondok Pesantren Al-Hikam, Kelurahan Kukusan, Depok, Jawa Barat, Kamis (6/9/12) malam.
Seharusnya, lanjut Hasyim, persoalan terorisme ini ditangani oleh ulama-ulama yang mengerti. Sehingga, bisa dicari upaya bagaimana cara mengubah mindset para tersangka teroris. Setelah itu, baru dilanjutkan dengan pembenahan masalah hukum dan keamanan.
"Kan bisa dibina dulu, ditanya, lalu dilepas. Setelah ada bukti baru ditangkap. Sekarang kan langsung ditembaki oleh tim Densus. Padahal, saat tertangkap itu mereka (para terduga) masih merasa dirinya benar," tutur Hasyim.
Proses penangkapan yang sangat keras, pada akhirnya memunculkan dendam di kalangan para pelaku. Apalagi, penangkapan tersangka teroris selalu mendapat ekspose besar-besaran dari media massa.
"Apa memang harus diekspose? Seperti film Rambo saja. Kesannya tak bagus, yang jadi sasaran akibatnya pembalasan terhadap polisi," kata Hasyim.
Hasyim menjelaskan, jaringan organisasi teroris di Tanah Air dengan dunia luar, juga harus ditelusuri, sehingga bisa dilihat asal mula paham tersebut berkembang.
Proses deradikalisasi pun harus segera digerakkan secara konsisten, dan semua pihak harus ikut serta berpartisipasi secara aktif dalam proses tersebut.
"Teroris kan baru muncul dari tahun 1999. Pemerintah harus galakan gerakan deradikalisasi, harus nasional dari pusat ke bawah. Sediakan tokoh-tokoh untuk berdialog dengan mereka. Ini yang saya sebut penanganan terorisme secara komprehensif," terangnya. (*)
BACA JUGA
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.