Asal-usul Kelompok Teroris Thoriq Cs
Banyak orang yang menganggap bahwa kelompok teroris Muhammad Thoriq cs merupakan jaringan baru yang ecek-ecek, pasalnya terungkapnya
Penulis: Adi Suhendi
Editor: Johnson Simanjuntak
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Banyak orang yang menganggap bahwa kelompok teroris Muhammad Thoriq cs merupakan jaringan baru yang ecek-ecek, pasalnya terungkapnya jaringan ini akibat kelalaian anggotanya.
Terungkapnya jaringan ini dimulai sejak ditemukannya bom di rumah Muhammad Thoriq di Tambora, Jakarta Barat. Saat itu, warga yang melihat ada asap dari rumah Thoriq langsung berbondong-bondong mendatangi kediamannya sampai akhirnya diketahui adanya bom pipa yang dirangkai Thoriq. Belakangan Thoriq diketahui sebagai calon 'pengantin' untuk melakukan bom bunuh diri di sejumlah tempat di Jakarta.
Tak lama setelah penemuan tersebut, kemudian meledaklah bom di Depok, tepatnya di Jalan Nusantara Raya, Beji, Depok, Jawa Barat. Setelah itu, barulah Thoriq menyerahkan diri ke Pos Polisi Tambora dan esok harinya di tangkaplah Arif saat penggerebekan yang dilakukan Densus 88 Anti Teror Polri di Bojong Gede, Bogor. Tak lama setelah itu Yusuf Rizaldi yang juga pengikut kelompok tersebut menyerahkan diri di Langkat, Sumatera Utara.
Kemudian, Polisi pun menangkap delapan orang anggota kelompok teroris Cs lainnya di Solo pada Sabtu (22/9/2012). Kemudian ditangkaplah pelaku lainnya Anggri di Pontianak, Minggu (23/9/2012).
Bila ditelusuri lebih jauh ternyata kelompok ini memiliki keterkaitan dengan teroris tersohor Nurdin M Top. Dari orang-orangnya, kelompok teroris ini terbilang pemain baru, tetapi sebuah benang merah menghubungkan keterkaitan antara kelompok Thoriq ternyata berada dibahwah pengaruh pengikut pelaku Bom Bali.
Baderi Hatono alias Tono pimpinan kelompok teroris Thoriq Cs yang ditangkap di Solo ternyata anak buahnya Urwah yang ditembak mati petugas pada 2009 silam bersama Noordin M Top. Sementara Urwah merupakan anak buah Noordin M Top.
Baderi tidak patah arang saat mengetahui pimpinannya tewas dalam kontak senjata dengan aparat. Baderi pun merekrut orang-orang baru untuk melakukan aksi terorisme dengan menggunakan bom.
"Mereka menyebut kelompoknya Al Qaeda Indonesia yang pimpinannya ini Baderi Hartono alias Toni. Dimana ini juga merupakan anak buahnya Urwah yang merupakan pengikut Noordin M Top yang meninggal saat kontak senjata pada 2009 saat penangkapan Nordin M Top. Jadi Baderi termasuk pengikutnya Urwah," terang Kepala Biro Penerangan Masyarakat Polri, Brigjen Pol Boy Rafli Amar di Mabes Polri, Jakarta Selatan, Senin (24/9/2012).
Baderi merupakan seseorang yang ikut dalam pelatihan militer di Poso sehingga ia memiliki kemampuan merakit bahan peledak yang luar biasa. Bom dengan casing rice cooker, bom pipa, bom botol, memang dibuat untuk target berbeda. "(Bom) rice cooker kandungannya lebih dibanding bom pipa," ujar Boy.
Terang Boy dalam sistem perekrutannya, petugas belum mengetahui caranya, tetapi Buderi lah yang punya peranan penting dalam merekrut orang-orang yang akan dijadikan teroris baru.
"Dari latar belakang berbeda-beda satu sama lainnya. Jadi Mereka berkumpul kemudian membentuk kelompok baru. Tapi dari sisi personal mereka adalah yang punya keterakitan dengan kelompok lama. Antara lain, ya kalau kita lihat Baderi yang tentunya bisa melanjutkan perjuangan-perjuangan dari kelompok JI (Jamaah Islamiah) yang kita kenal terakhir itu sodara Noordin M Top bersama Urwah yang dilakukan penangkapan 2009," terangnya.
Klik: