Densus 88 Menyamar Jadi Tukang Sapu
kompleks Rumah Sakit Umum Regional Wahidin Sudirohusodo, Makassar.
Editor: Rachmat Hidayat
TRIBUNNEWS.COM,MAKASSAR - Dua pria yang diduga anggota jaringan teroris, Jumat (4/1), sekitar pukul 10.15 Wita, tewas ditembak anggota Tim Detasemen Khusus (Densus) 88 Anti Teror Mabes Polri di depan Masjid Al Nur Afiah, kompleks Rumah Sakit Umum Regional Wahidin Sudirohusodo, Makassar.
Tim Densus mengintai salah satu sel kelompok jaringan tokoh utama Komando Mujahidin Indonesia Timur, yakni Santoso alias Abu Warda ini sejak sebulan terakhir.
Bahkan, sekitar satu jam sebelum penyergapan, seorang anggota Densus 88 sempat menyamar sebagai takmir masjid sekaligus tukang sapu masjid, yang selalu ramai oleh keluarga pasien dan tenaga medis ini.
Sebanyak 10 petugas melakukan penyergapan tiba-tiba dan melepaskan tembakan karena keduanya mengeluarkan pistol jenis FN dan granat manggis.
Keduanya yang diketahui bernama Syamsudin HG alias Asmar alias Abu Uswah (34) dan Ahmad Khalil alias Hasan alias Kholiq (33) akhirnya tersungkur mandi darah.
Aparat juga menahan dua lelaki di Paccerakkang, Biringkanaya, sekitar 7 km sebelah timur lokasi penembakan. Satu pelaku lainnya, Supriadi alias Suryo alias Roy, berhasil lolos dari peyergapan.
"Mereka ini adalah jaringan kuat teroris Poso, yang masuk Sulsel," kata Kepala Biro Penerangan Masyarakat Mabes Polri Brigjen Pol Boy Rafli Amar, Jumat (4/1).
Syamsudin alias Asmar alias Abu Uswah adalah wiraswasta yang tinggal di BTN Manga Tiga Blok G B/11 Kel Paccerakking, Makassar. Sedangkan Ahmad Khalil alias Hasan, alias Kholid, adalah pegawai swasta tinggal Jalan Maros B, No 132 Blok B BSP, Kelurahan Sudiang Raya, Makassar.
"Dua orang ini diduga kuat kelompok yang pernah memfasilitasi Santoso selama di Sulawesi Selatan. Dan juga terkait dengan kelompok yang melakukan pembunuhan terhadap dua anggota di Tamanjeka, Poso," terang Boy.
Seperti kasus kasus penangkapan dan pengungkapan teroris lainnya, operasi ini langsung dibawah kendali komando Densus dan Mabes Polri.
Setelah diotopsi di RS Polri Bhayangkara, Jl Mappouddang, Makassar, dua jenazah ini diterbangkan ke Jakarta, untuk selanjutnya disimpan di RS Polri Dr Sukamto, Jakarta.
Kepala Badan Nasional Penanggulangan Teroris (BNPT) Ansyaad Mbai, yang dikonfirmasi terpisah di Jakarta, menyebutkan kedua teroris ini di Makassar merupakan tokoh penting dalam rangkaian kasus kekerasan yang telah menawaskan enam aparat Polri di Poso.
"Mereka termasuk tokoh tokoh teroris cukup penting. Terkait aksi teror yang bunuh dua polisi di Poso," katanya.
Ansyaad menjelaskan, kedua orang ini sudah diincar sejak lama. Mereka pun sudah diikuti polisi. Mereka kemudian disergap, tapi karena memiliki senjata, jadi dilakukan penindakan.
Mabes Polri dan BNPT juga melansir, penangkapan dilakukan karena keduanya memiliki peran penting dalam kasus di Poso dan juga kasus pelemparan bom ke Gubernur Sulsel.
Dalam operasi itu, beberapa personel Mabes Polri sejak beberapa hari lalu sudah berada di Makassar. Bahkan mereka rela menjadi tukang sapu di beberapa Gedung di RS Wahidin serta menjadi tukang parkir.