Manuver Tim Elang Hitam Membela Andi Mallarangeng (1)
KPK menetapkan Menpora Andi Alfian Mallarangeng sebagai tersangka dalam kasus dugaan korupsi proyek sarana olahraga Hambalang,
Editor: Johnson Simanjuntak
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - KPK menetapkan Menpora Andi Alfian Mallarangeng sebagai tersangka dalam kasus dugaan korupsi proyek sarana olahraga Hambalang, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, 6 Desember 2012. KPK pun mencegah Zulkarnain Mallarangeng.
Sejak itu, Rizal Mallarangeng bertekad membela dua saudara kandungnya untuk menguak informasi bawah tanah sebanyak-banyaknya dengan membentuk 'inteligen swasta' yang dinamai Tim Elang Hitam. Apa dan bagaimana tim ini bergerak, berikut laporan wartawan TRIBUNnews.com, Nurmulia Rekso Purnomo.
FILM Casablanca, produksi Hollywood tahun 1942, menceritakan bagaimana Casablanca, ibu kota Maroko menjadi tempat persinggahan orang untuk lari dari cengkraman Nazi yang saat itu menguasai sebagian besar Eropa. "Café Américain" milik Rick Blaine yang diperankan Humphrey Bogart, adalah salah satu kafe yang kerap dijadikan tempat "kongkow" para pelarian yang sebagian besar kalangan atas.
Di tempat itu juga, para pelarian secara diam-diam berbagi informasi, termasuk bagaimana caranya meninggalkan Casablanca yang masih dikuasai Nazi. Rick sebagai pemilik tempat termasuk orang yang kerap menerima informasi itu.
Juru Bicara keluarga Malarangeng, Rizal Malarangeng menuturkan gambaran seperti terjadi dalam film yang disutradarai Michael Curtiz itu, orang-orang datang begitu saja, dan menyampaikan informasi.
Demikian halnya pada kasus yang membelit tersangka mantan Menpora Andi Alfian Mallarangen tersangka korupsi proyek sarana Pusat Pelatihan dan Pendidikan Sekolah Olahraga Nasional (SP3SON) di Bukit Hambalang, Bogor, Jawa Barat. Kasus ini juga menjerat Zulkarnain alias Choel Mallarangeng.
Untuk mengungkap kemungkinan adanya kejanggalan, dan sekaligus mengumpul data untuk dianalisis, keluarga Mallarangeng membentuk tin inteligen swasta, yang dinamai Tim Elang Hitam. Tim ini diketuai Rizal.
Terinspirasi film Casablanca itulah, Rizal mencantumkan nama Casablanca HQ (Head Quarter) atau Markas Besar Casablanca dengan tinta merah pada pojok kiri bawah bahan presentasi "Misteri Skandal Hitam" yang ia sampaikan kepada wartawan 21 Desember lalu.
Rizal mengatakan sejak Andi Mallarangeng dicegah KPK kemudian ditetapkan sebagai tersangka atas kasus Hambalang, banyak orang datang kepadanya sekadar untuk mencurahkan isi hati alias curhat, maupun menyerahkan data terkait kasus Hambalang.
Ditemui TRIBUNnews.com di kantornya, di kantor Freedom Institut di Gedung Wisma Proklamasi, Jalan Proklamasi, Menteng, Jakarta Pusat, pekan ini, Direktur Freedom Institute menuturkan yang datang juga termasuk mantan bawahan Andi di Kemenpora.
Rizal yang akrab dipanggil Celi itu menunjukkan data-data tersebut. Ada yang disimpannya di sebuah koper hitam, di pojok ruangannya. Data sejenis menurutnya juga digunakan KPK untuk mengusut kasus Hambalang, dan digunakan Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) untuk mengaudit.
Ia mengaku di dalam koper itu juga tersimpan dokumentasi surat-menyurat penting. Misalnya antara mantan Sekretaris Kementerian Pemuda dan Olahraga (Sesmenpora) Wafid Muharram yang kini telah ditetapkan sebagai tersangka KPK, dengan mantan Dirjen Anggaran Kementerian Keuangan Anny Rahmawati.
Dokumen ini mengenai penganggaran proyek Pusat Pendidikan dan Pelatihan Olah Raga di Hembalang, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Menurut Rizal, Wafid dan Anny bertanggung jawab menaikkan anggaran proyek Hambalang, dari Rp 275 miliar, menjadi sekitar Rp 1,2 triliun.
Data-data yang digunakan Tim Elang Hitam kata Rizal juga termasuk hasil audit BPK tentang kasus Hambalang, yang bisa diunduh melalui website resmi BPK, www.bpk.go.id. Data yang juga digunakan KPK untuk membongkar skandal proyek yang ikut menyeret nama ketua umum Demokrat, Anas Urbaningrum.
Penyandang PhD dalam bidang ilmu politik di Ohio State University itu mengaku segera mengkaji data-data mengenai kasus Hambalang setelah kakaknya. Termasuk membaca hasil audit BPK yang menurutnya agak susah dicerna oleh orang awam.
"Dua minggu pertama saya bolak-balik baca hasil audit itu sampai malam di kantor saya, sampai akhirnya saya mengerti," kata Rizal.
Ia bahkan sampai meminta tolong stafnya di Freedom Institute, termasuk sejumlah kenalannya yang paham audit keuangan untuk membantunya mengerti arus uang proyek Hambalang. Rizal mengatakan ia menemukan sejumlah hal yang sepertinya luput dari sorotan penegak hukum.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.