TNI: Ada Tiga Kelompok GPK di Papua
Markas Besar Tentara Nasional Indonesia (Mabes TNI) menggelar jumpa pers, terkait tewasnya delapan anggota TNI di Puncak Jaya, Papua.
Penulis: Adi Suhendi
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Markas Besar Tentara Nasional Indonesia (Mabes TNI) menggelar jumpa pers, terkait tewasnya delapan anggota TNI di Puncak Jaya, Papua.
Mabes TNI menjelaskan, ada tiga kelompok Gerakan Pengacau Keamanan (GPK) di Papua, yakni Kelompok Tabuni, Kelompok Yambi, dan Kelompok Murid.
"Di sana ada tiga kelompok besar. Rata-rata kekuatannya 100-150 orang, dengan senjata api laras panjang campuran dan golok. Jumlah senjatanya ada 15-20 pucuk," ungkap Kepala Pusat Penerangan TNI Laksamana Muda Iskandar Sitompul, di Mabes TNI, Cilangkap, Jakarta Timur, Selasa (26/2/2013).
Menurut Iskandar, saat penembakan di Pos Maleo, Tingginambut, sebelumnya seseorang bernama Wani Tabuni datang bertamu ke pos tersebut. Pria yang dikenal dekat dengan GPK di Puncak Jaya, bertamu sekitar 30 menit.
"Dia orang yang dekat dengan TNI dan GPK," ucap Iskandar.
Setelah Wani Tabuni bertamu, 30 menit kemudian terjadi penembakan terhadap pos tersebut. Saat ini, Wani Tabuni menghilang dan lari ke pegunungan bersama kelompoknya. Diduga kuat, Wani Tabuni menjadi mata-mata GPK,
"Kebersamaaan kami dengannya disalahgunakan, Wani Tabuni diduga jadi agen ganda. Dia main dengan TNI. Main-main di pos kemudian pergi. Setengah jam kemudian terjadi penembakan, dan kini Wani Tabuni tidak pernah kelihatan," jelas Iskandar.
Wani Tabuni merupakan putra daerah setempat. Setelah tidak menggunakan pendekatan militerisme dalam mengatasi keamanan di Papua, dan lebih menggunakan pendekatan budaya dan kesejahtaraan, TNI bersama masyarakat membangun wilayah Papua dengan membangun jalan, jembatan, dan honai. Untuk itu, TNI merangkul Wani Tabuni.
"Tapi, ternyata kedekatan itu disalahgunakan," ucap Iskandar.
Berikut kronologi tiga peristiwa penembakan di Papua:
Kamis (21/2/ 2013)
1. Penyerangan terhadap Pos Maleo Yonif 753/AVT di Distrik Tinggi Nambut, Puncak Jaya, pukul 09.30 WIT.
Kronologi:
- Warga atas nama Wani Tabuni bertamu ke Pos Maleo yang dijaga Lettu Inf Reza Gita Armena dan Pratu Wahyu Prabowo.
- Setelah 30 menit, Wani Tabuni pergi dan menghilang.
- Terjadi penembakan dari berbagai penjuru.
- Pos TNI terdekat dan Pos Brimob membantu membalas tembakan dan mengejar.
- Satu anggota TNI meninggal dunia atas nama Pratu Wahyu Prabowo, dan satu anggota TNI mengalami luka tembak, atas nama (Danpos) Lettu Inf Reza Gita Armena.
- Penembak lari ke wilayah pegunungan.
2. Penyerangan terhadap prajurit TNI anggota Koramil Sinak Kodim 1714 Puncak Jaya, pukul 10.30 WIT di Sinak, Puncak Jaya, Papua.
Kronologi:
- 11 personel TNI berpakaian sipil dan tidak bersenjata, bergerak dari Koramil 1714-09 ke Bandara Sinak, untuk mengambil alat komunikasi yang baru dikirim dari Nabire dengan berjalan kaki.
- Saat tiba di Kampung Gigobak, rombongan diadang dan ditembak Gerakan Pengacau Keamanan (GPK).
- Setelah menembak, GPK lari ke arah sungai.
- Tujuh anggota TNI meninggal dunia, tiga warga sipil tewas, dan satu warga sipil terluka.
3. Jumat (22/2/2013). Penembakan Helikopter Super Puma HT-3318 TNI AU.
- Pukul 08.00 WIT, Super Puma milik TNI terbang dari Mulia ke Sinak untuk mengevakuasi korban anggota TNI dan sipil yang meninggal dunia, akibat diberondong tembakan GPK.
- Pukul 08.15 WIT, Super Puma mendarat di Sinak
- Tiba-tiba, dari arah rumah penduduk terlihat anggota OPM bersenjata dan menembaki helikopter.
- Akibatnya, satu kru pesawat atas nama Lettu Tek Amang Rosadi menderita luka-luka di tangan kiri, dan helikopter rusak ringan. (*)