Ulil: Pernyataan Adhie Massardi Menyakiti Perasaan Nahdliyin
Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) bereaksi keras atas pernyataan Adhie Massardi
Penulis: Y Gustaman
Editor: Gusti Sawabi
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) bereaksi keras atas pernyataan Adhie Massardi, mantan juru bicara Presiden RI ke 4 Abdurrahman Wahid atau Gus Dur, yang mengaitkan tokoh-tokoh NU dalam perseteruan antara Anas Urbaningrum dengan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY).
"Adhie Massardi itu bukan orang NU. Dia tidak paham NU, karena itu dia tidak pernah berpikir kalau statemennya menyakiti orang-orang NU (Nahdliyin)," kata Sekretaris Pimpinan Pusat Lajnah Ta’lif wan Nasyr (LTN) NU, Ulil Abshar di Gedung PBNU, Jakarta, (5/3/2013).
Ulil berpendapat tidak sepantasnya Adhie Massardi menjadikan NU sebagai alat untuk menumpahkan kebenciannya kepada SBY. Apalagi sampai membelah tokoh-tokoh NU dalam dua kelompok, yaitu yang sudah dikooptasi penguasa dan pendukung Anas Urbaningrum secara moral.
"Silahkan Adhie Massardi membenci SBY, namun sungguh tidak etis jika kebenciannya itu ditumpahkan dengan cara mengadu domba tokoh-tokoh NU, memilah-milah tokoh NU seenaknya," tandas Ulil.
Dalam pernyatannya Ulil juga meminta agar Adhie Massardi berhenti menggunakan simbol-simbol NU untuk ambisi pribadinya. Tindakan mengadu domba tokoh-tokoh NU itu cermin ketidakmampuan diri menghormati kelompok lain.
"Yakinlah dengan kapasitas diri sendiri, tak perlu membawa-bawa NU. Masyarakat akan lebih menghormati seorang Adhie Massardi jika ia tulus menghormati dan memperlakukan secara baik orang lain, termasuk para tokoh NU," pungkas Ulil.
Seperti muncul dalam pemberitaan sejumlah media, Adhie Massardi mengungkapkan dua alasan mengapa tokoh-tokoh NU dan kalangan kiai memberikan dukungan kepada Anas Urbaninrum, baik secara tertutup atau terang-terangan.
Menurutnya, latar belakang Anas sebagai menantu KH Attabik Ali, putra tokoh besar NU KH Ali Maksum (alm) dari pondok pesantren Al-Munawwir, Krapyak, Yogjakarta.
Alasan kedua adalah tokoh NU dan kiai yang meyakini bahwa perseteruan Anas dengan Ketua Majelis Tinggi Partai Demokrat SBY, merupakan tindakan balasan atas apa yang pernah dilakukan kepada Gus Dur.