Fakhrudin Sayangkan Kelompok Tua Obok-obok Kongres HMI
Kongres Ke-28 Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) telah molor 10 hari. Kongres dibuka 15 Maret,
Penulis: Domu D. Ambarita
Editor: Hendra Gunawan
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA -- Kongres Ke-28 Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) telah molor 10 hari. Kongres dibuka 15 Maret, semula dijadwalkan berakhir 22 Maret. Hingga hari-17, kongres tidak menunjukkan tanda-tanda akhir, dan ketua umum baru pun belum terpilih. Kondisi ini diduga karena ada campur-tangan kelompok tua yang dimotori Akbar Tandjung.
Kelompok tua atau senior alumni HMI mengintervensi atau mengobok-obok pelaksanaan Kongres Ke-28 HMI demi kepentingan pribadi atau kelompok, sangat disayangkan. Kedatangan politisi gaek Akbar Tandjung, dan kawan-kawan ke arena kongres itu dikhawatirkan menghancurkan cintra independensi HMI sebagai organisasi mahasiswa.
Mantan Ketum PBHMI periode 1999 - 2001, Fakhrudin mengatakan menyayangkan "Kelompok Tua" seperti Akbar Tandjung, Taufik Hidayat dan lain-lain datang di arena Kongres. Kehadiran mereka sebagai sesepuh tidak menjadi masalah, namun jika kehadiran mereka menimbulkan masalah berkepanjangan bagi Kongres dan HMI sebagai organisasi, itu sama saja dengan intervensi.
"Alumni HMI boleh hadir ke arena Kongres namun sekedar berkunjung bukan melakukan intervensi kepada para peserta kongres HMI, saya menyayangkan intervensi yang terjadi pada kongres kali ini," kata Fakhrudin, Selasa (2/4/2014).
Intervensi kelompok tua itu diyakini sebagai bentuk penolakan para senior yang berkepentingan atas posisi Ketua Umum Pengurus Besar HMI Noer Fajrieansyah untuk kembali mencalonkan diri periode 2013 - 2015.
Akbar Tandjung pernah dikonfirmasi Tribunnews.com mengenai dugaan keterlibatannya mengganggu pelaksanaan kongres HMI. Namun mantan Ketua Umum Golkar itu tidak menjawab.
Selama ini Noer Fajireansyah dikenal sebagai sosok muda yang ingin melepaskan pengaruh politik "Kelompok Tua" dari generasi mudanya sebagai wujud indepedensi organisasi. Demikian rangkuman dari beberapa tokoh HMI yang menanggapi kericuhan dan molornya Kongres HMI dari waktu yang ditetapkan.
Rudi Ghani Ketua Umum Badko HMI Jabotabek-Banten mengatakan intervensi orang yang mengatasnamakan KAHMI pada kongres HMI kali ini sudah terlalu dalam dan jauh, sehingga kongres molor dan berlarut-larut. Intervensi berbentuk penghasutan menolak Laporan Pertanggungjawaban (LPJ) dari pengurusan Noer Fajrieansyah dan Basri Dodo. Bahkan campur tangan kaum tua itu berujung pada tuntutan pemecatan kedua pimpinan HMI tersebut tanpa alasan yang kuat.
"Pemecatan anggota HMI harus melalui komisariat dan diusulkan kepada cabang. Bagaimana orang luar bisa dengan tiba-tiba mengusulkan pemecatan. Mereka yang mengusulkan pemecatan itu tidak memahami aturan main yang mereka sendiri buat. Para Alumni HMI itu mengatasnamakan KAHMI. Padahal KAHMI itu dibentuk oleh Kongres HMI jaman Noercholis Madjid tahun 1967-an," ujar Rudi Ghani.
"Alumni HMI yang mengatasnamakan KAHMI sudah terlalu jauh mengintervensi kongres. Intervensi itu memunculkan perdebatan yang bukan lagi tentang pembahasan draft-draft kongres, melainkan penggantian presidium sidang yang tidak sesuai aturan dan presidium sidang yang bisa diatur untuk prosesi pemecatan. Sebaiknya para senior tidak perlu balik dapur lagi" tegas Rudi Ghani.
Hal yang sama ditegaskan juga oleh Andhika, Ketum Badko HMI Sumatera Utara menyesalkan campur tangan "Kelompok Tua" itu. Sebagai tindak lanjut, Andhika mendorong rekan-rekan cabang yang menjadi delegasi sebagai utusan penuh dan peninjau serta pengurus Badko yang menjadi peninjau agar menjaga independensinya. "Martabat kelompok muda terletak pada tetap kukuhnya menjaga independensi organisasi dan kita semua memiliki tanggung jawab moral untuk melakukan politik yang bermartabat dan berbudaya," ujar Andhika.
Ada dugaan bahwa, intervensi "Kelompok Tua" itu memang sengaja dilakukan untuk menggeser pencalonan Noer Fajrieansyah sebagai ketua umum HMI periode berikutnya. Bahtra yang merupakan kandidat Ketum PB HMI periode 2013 - 2015 yang mengundurkan diri demi untuk mendorong fajri kembali maju sebagai kandidat Ketum PB HMI, menandaskan Fajri, panggilan akrab Noer Fajrieansyah, telah membuat HMI organisasi yang semakin disegani karena mampu meletakkan HMI sebagai organisasi yang independen lepas dari pengaruh politik para seniornya.
"Keinginan para senior yang campur tangan dalam Kongres HMI, membuktikan bahwa Fajri adalah sosok yang mampu mengganjal para senior yang ingin mempolitisasi HMI untuk kepentingan pribadi atau kelompok tertentu. Tetapi justru intervensi itu menyakinkan banyak cabang bahwa Fajri adalah figur tepat yang dibutuhkan HMI pada saat ini khususnya dalam era Tahun Politik menjelang PilPres 2014," ujarnya.
Kongres Ke-28 HMI, dibuka pada 15 Maret 2013, sudah masuk pada hari ke-17, telah molor 10 hari dari jadwal semula ditutup 22 Maret. Kongres molor dari jadwal yang ditentukan karena intervensi para senior alumni HMI.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.