Bocorkan Sprindik Anas, Wiwin Suwandi Diminta Jadi Narasumber di TV
Sejak kasus Sprindik Anas ini mencuat di media massa, Mantan Sekretaris Ketua KPK, Abraham Samad, Wiwin Suwandi
Penulis: Abdul Qodir
Editor: Widiyabuana Slay
TRIBUNNEWS.COM - Sejak kasus Sprindik Anas ini mencuat di media massa, Mantan Sekretaris Ketua KPK, Abraham Samad, Wiwin Suwandi mengaku mendapat banyak permintaan menjadi narasumber sejumlah stasiun televisi. Namun, ia tak menanggapinya. Sebab, ia hanya ingin menyampaikan materi Sprindik dan bukan mencari populeritas.
"Banyak televisi yang ingin mewawancarai dan ingin tahu siapa saya. Tapi, saya hanya ingin publik tahu soal materi kebenaran saja. Kalau saya gila popularitas, saya akan muncul di tv-tv," kata dia, saat ditemui Tribunnews.com, pekan ini.
Menurut Wiwin, blog dan karya tulisnya yang ada di sejumlah media cetak sudah cukup menjelaskan tentang latar belakang dirinya. "Ketika kasus Sprindik ini mencuat banyak orang yang ingin tahu siapa saya. Yang mereka dapat hanya di blog saya, dan tulisan saya di Tribun dan Blog saya di Kompasiana. Mereka tahu kalau saya penulis. Ketika saya diperiksa Komite Etik, saya tidak reaktif (membantah dan menjelaskan). Sebab, dari blog dan tulisan saya itu sudah membantu. Biarlah publik menilai saya," terangnya.
Baru setahun tinggal satu rumah dan menjadi Sespri, Wiwin menjadi "tangan kanan" Abraham Samad.
Wiwin mengetahui kegiatan yang dilakukan bosnya itu di dalam ruang kerja kantor KPK dan di dalam rumah.
Menurut Wiwin, kesibukan Abraham Samad sebagai Ketua KPK adalah sebagaimana lazimnya kesibukan pimpinan KPK lainnya.
"Anda sendiri pasti bisa membayangkan, pekerjaan pimpinan KPK itu sibuknya seperti apa. Pasti sibuk. Dia pergi dari rumah pagi dan keluar malam, kadang larut malam," ujarnya.
Ia membenarkan, bahwa Abraham Samad termasuk orang yang tidak suka menggunakan fasilitas dinas kerja untuk kepentingan pribadi. Karenanya, Abraham pun lebih memilih menaiki mobil pribadi bila untuk kegiatan selain dinas.
"KPK itu tidak memiliki mobil dinas, tidak memiliki rumah dinas, semua itu ditanggung oleh gaji mereka. Dan semua pimpinan pakai mobil pribadi. Mobil dinas dipakai hanya untuk kantor saja," kata Wiwin.