Artis Seharusnya Belajar 10 Tahun untuk Jadi Caleg
Pakar Psikologi Politik Hamdi Muluk mengatakan, DPR merupakan tempat berjuang untuk kepentingan rakyat.
Penulis: Ferdinand Waskita
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pakar Psikologi Politik Hamdi Muluk mengatakan, DPR merupakan tempat berjuang untuk kepentingan rakyat. Untuk itu, legislator bukanlah orang tercela, melainkan memiliki kapabilitas mumpuni.
"Bisa dibilang kami mencari manusia setengah dewa. Artis baru hari ini, caleg hari ini. Itu anak kemarin sore baru coba-coba mendaftar partai lalu jadi caleg, harus ditolak. Dosen enggak bermutu masuk legislatif ya ditolak juga," kata Hamdi dalam diskusi di DPD, Jumat (5/3/4/2013).
Hamdi menuturkan, pekerjaan legislator cukup berat dan memeras otak. Apalagi, legislator harus memiliki kemampuan teknis dalam melakukan perdebatan serta diskusi. Ia melihat artis yang minim di dunia politik tapi diusung menjadi caleg, hanya dimanfaatkan partai politik untuk meraup suara.
"Parpol mencari orang yang kemungkinan bisa terpilih," ucapnya.
Hal itu juga terasa dilematis. Menurut Hamdi, publik sebenarnya menginginkan calon yang berkualitas. Namun, calon mumpuni itu banyak yang tidak dikenal.
"Secara logika pesohor di bidang apa saja, lebih dikenal dan akan terpilih. Logika itu yang dipakai parpol, sehingga tak perlu diperkenalkan lagi ke masyarakat," ujar Hamdi.
Hamdi mengakui, Indonesia kekurangan orang berkualitas yang masuk ke partai politik. Namun, kewajiban parpol untuk mengusung caleg berkualitas. Rakyat juga harus melihat jejak rekam wakil rakyat tersebut.
"Artis baru mengurus sinetron, bagaimana melihat isu publik? Dia (artis) bilangnya akan belajar di DPR. Uang rakyat masa dipakai belajar. Kalau mau belajar di partai. Artis setidaknya masuk partai enam sampai 10 tahun dan mengerjakan kerja politik, baru jadi caleg," urainya. (*)
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.