Pusaka Djoko Susilo Miliaran Rupiah Tersimpan di Lantai III
Terdakwa Irjen Pol Djoko Susilo, mantan Kepala Korps Lalu Lintas Polri, memiliki koleksi 200 keris pusaka.
Editor: Rachmat Hidayat
TRIBUNNEWS.COM,JAKARTA--Terdakwa Irjen Pol Djoko Susilo, mantan Kepala Korps Lalu Lintas Polri, memiliki koleksi 200 keris pusaka. Benda-benda yang dipercaya membawa tuah itu kini disimpan di lantai III rumah Indra Jaya Februharyadi (52), pensiunan anggota TNI, di kawasan Sunter, Jakarta.
Ruangan itu hanya boleh dimasuki Indra. Tempat tinggal yang berwujud rumah toko (ruko) tersebut dijaga seekor anjing blasteran. Sedang setiap jendela dilengkapi teralis besi.
Indra tinggal di lantai II, sedangkan lantai I difungsikan sebagai ruang tamu. Dalam ruang tamu seluas 8X8 meter itu hanya diisi sebuah meja. Di dinding terdapat hiasan berupa wayang kulit. ria yang suka main musik itu tinggal sendirian setelah ia bercerai dengan sang istri pada 2008 lalu. Siapapun yang berniat mendekati lantai III bangunan tersebut harus melewati pintu kamar Indra.
Indra memang sangat melindungi titipan Djoko Susilo itu. Bahkan pada saat keris-keris itu dibawa dari kediaman Djoko ke kediamannya menggunakan sebuah mobil, tak seorang pun boleh membantu Indra memindahkan keris ke lantai III. Indra sempat marah kepada seorang anak buahnya yang berniat membantu memindahkan sebuah keris.
Perkenalan Indra dengan Djoko berawal pada 1998, melalui seorang temannya yakni Letu Widodo. Indra bertemu dengan Djoko pertama kali di sebelah rumah dinas Kapolri yang saat itu dijabat Jendral Polisi Roesmanhadi, di Jalan Patimura, Jakarta Selatan.
Saat itu Djoko kebetulan tengah menguji kesaktian sebuah batu Mirah Delima. Saat pengujian itu sang pemilik Mirah Delima menyediakan tujuh gelas berisi air putih. Konon, kalau Mirah Delima tersebut memang benar bertuah, air putih di dalam gelas kesemuanya akan berubah menjadi merah warnanya.
Namun sang pemilik gagal mendemonstrasikan kesaktian benda miliknya. Tak pelak Djoko menjadi ragu. Indra kemudian mencoba mengambil alih demonstrasi itu.
Melalui ritual tertentu ia lalu sukses mengubah warna air di dalam ketujuh gelas itu. "Tak hanya mengubah air, saya juga menguji kesaktian batu itu dengan cara membuat rambut Djoko menjadi kebal terhadap benda tajam," katanya ketika ditemui Tribunnews, Kamis (18/7).
Hubungan Djoko dan Indra jadi semakin akrab. Mereka sama-sama penyuka benda pusaka, seperti batu bertuah hingga keris.
Setahun kemudian, melalui bantuan seorang kenalannya bernama Hindra, ia dipertemukan dengan seorang warga negara Jerman yang berniat membeli keris. Orang itu bernama Andrias Gosman.
Setelah pembicaraan lebih mendalam, ternyata keris tesebut dimiliki oleh Djoko. Indra kemudian membawa Andrias ke kediaman Djoko di kawasan Pengadegan, Jakarta Selatan.
Di hadapan Andrias, Indra sukses membuat keris Djoko berdiri sempurna di atas sarungnya. Andrias tercengang. Akhirnya keris Djoko itu dibeli 680.000 Euro atau setara Rp 6,5 miliar.
Pada kesaksian di Pengadilan Tindak Pidana Korupsi (Tipikor), Jakarta, Selasa (16/7), Indra mengaku ia mendapatkan komisi yang besar atas jasanya menjual keris tersebut. "Komisinya lumayan besar. Saya saja bisa beli mobil dari situ," katanya ketika bersaksi di depan terdakwa Djoko.
Dapat bonus uang
Pada 2004, Djoko dan istrinya mendatangi kediaman Indra yang saat itu masih aktif di Kodam Brawijaya. Djoko membeli 16 keris milik Indra, di antaranya merupakan warisan dari orangtua Indra. Pada persidangan Indra menyebutkan keris-keris itu antara lain Kiai Cacing Anil, Kia Sengkelat, dan Singo Barong.
Indra tidak mematok harga tertentu. Pada 2006 Indra memutuskan untuk pensiun dini. Ia kemudian menemui Djoko di Jakarta, saat itu menjabat Direktur Lalu Lintas Polda Metro Jaya.
Indra mengatakan kepada Djoko agar keris-keris tersebut diganti dengan rumah. Djoko kemudian mengajak Indra mencari rumah, di antaranya di kawasan Kota Wisata Cibubur dan kawasan Pesona Kayangan, Depok, Jawa Barat.
Indra memilih rumah di Pesona Kayangan. "Saya maunya alur emas (jalur hidup)," terang Indra menjelaskan mengapa lebih memilih Pesona Kayangan ketimbang Kota Wisata.
Selang 15-30 hari kemudian ia lalu diminta untuk menempati rumah mewah itu. Selain itu, Indra juga mendapat tambahan uang tunai Rp 150 juta. Selama setahun Indra sempat menempati rumah itu, lalu ia memutuskan untuk pindah setelah bercerai dengan istrinya, pada 2008.
Djoko kemudian menitipkan ratusan keris-kerisnya kepada Indra. Tugas Indra antara lain memandikan keris-keris tersebut setiap malam satu Suro. Selain itu Indra juga berjasa mengenalkan Djoko kepada sejumlah orang yang berniat membeli pusaka-pusaka tersebut.
Indra mengaku sempat sukse memasarkan sebilah keris milik Djoko kepada seorang warga Medan, Sumatera Utara dengan harga Rp 8 Miliar. Sang pembeli kata dia membayar uang itu dalam tiga tahap.
Seorang warga Sumatera Barat juga sempat membeli keris Djoko dengan harga murah, sekitar Rp 4 juta. Namun selang beberapa tahun kemudian sang pembeli keris itu susses uusahanya.
Karena pernah menerima rumah dari Djoko, Indra ikut diperiksa penyidik Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK). Penyidik KPK menanyakan prihal rumah di Pesona Kayangan sehingga Indra kemudian menuturkan cerita tentang keris-keris tersebut. Belakangan diketahui, rumah itu seharga Rp 1,7 miliar. Indra mengaku baru mengetahui harga rumah itu saat ia diperiksa penyidik KPK.
"Saya sempat ditanya penyidik KPK, keris-keris itu ada di mana. Saya bilang ada di rumah saya. Mereka bilang mau menyita, ya saya bilang silahkan, tapi sampai sekarang belum disita-sita," ucap Indra.