Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Intelijen Indonesia Belum Percaya Presiden SBY Disadap

Kepala Badan Intelijen Indonesia (BIN) Marciano Norman belum percaya sepenuhnya jika Presiden SBY dan rombongan disadap

Penulis: Hasanudin Aco
Editor: Johnson Simanjuntak
zoom-in Intelijen Indonesia Belum Percaya Presiden SBY Disadap
KOMPAS.COM/RODERICK ADRIAN MOZES
Kepala Badan Intelijen Negara Marciano Norman 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Kepala Badan Intelijen Indonesia (BIN) Marciano Norman belum percaya sepenuhnya jika Presiden SBY dan rombongan disadap oleh pihak Australia saat menghadiri KTT G20 di London Inggris pada April 2009 lalu.

"Pemberitaan itu muncul setelah salah satu agen NSA yang sekarang sedang berada di satu negara memberikan informasi itu. Dari pemberitaan itu kita tidak sepenuhnya percaya. Itu pemberitaan sepihak, memerlukan juga klarifikasi dari pihak lain," kata Marciano di kantor Presiden Jakarta, Senin (29/7/2013).

Meskipun demikian, Marciano menegaskan pihaknya telah berkomunikasi dengan para counterpart BIN yang ada di tiga negara tersebut untuk mencari informasi yang sebenarnya terjadi.

"Menurut pandangan mereka seperti apa. Ini sementara dalam proses,' kata Marciano.

Ditegaskan dimanapun yang namanya kunjungan kepala negara atau kepala pemerintahan suatu negara harus mendapat jaminan keaamanan. Diantaranya tidak hanya dengan kegiatannya tetapi juga masalah pemberitaaan dan keamanan informasi.

"Itu yang harus menjadi perhatian semua pihak," kata dia.

Di sisi lain, BIN sendiri berupaya semaksimal mungkin untuk mengevaluasi sistem pengamanan itu sehingga tidak terjadi kebocoran informasi yang tidak perlu.

Berita Rekomendasi

"Saat ini sangat cepat perkembangan teknologi itu sehingga kita harus selalu berada dalam posisi mengimbangi. Kalau tidak maka dengan mudah kita akan mengalami informasi yang layak tidak bocor ke publik," kata dia.

Sebelumnya media Australia memberitakan bahwa rombongan SBY telah disadap saat menghadiri KTT G20 di London, Inggris, pada April 2009 lalu. Hasil penyadapan itu digunakan negara Kangguru itu untuk mendukung tujuan diplomatiknya termasuk dukungan untuk memenangkan kursi di Dewan Keamanan PBB.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas