Ada Anggota DPR Mengaku Masih Dihormati Rakyat, Ada Juga yang Dicibir
Meski kerap dikaitkan dengan berbagai kasus korupsi, citra anggota DPR direspon berbeda-beda oleh masyarakat
TRIBUNNEWS.COM – Meski kerap dikaitkan dengan berbagai kasus korupsi, citra anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) direspon berbeda-beda oleh masyarakat. Ada sejumlah anggota dewan yang mengaku masih dihormati oleh masyarakat, khususnya konstituen di daerah pemilihannya, ada yang menuai cibiran.
Ketua Fraksi Partai Demokrat, Nurhayati Ali Assegaf, mengaku memiliki hubungan yang baik dengan masyarakat di dapilnya. Nurhayati telah dua periode menjadi anggota DPR dari dapil Jawa Timur V yang meliputi Kota Batu, Kota Malang dan Kabupaten Malang.
Setiap kali bertemu masyarakat setempat, kata Nurhayati, semua selalu menyambut baik. Jauh dari anggapan yang mengatakan banyak anggota DPR seringkali dilecehkan atau mendapat perlakuan sinis dari masyarakat karena diidentikkan dengan persekongkolan tindak pidana korupsi ataupun malas memperjuangkan nasib rakyat.
"Saya tidak pernah mengalami seperti itu," kata Anggota Komisi VIII DPR RI itu, di Senayan, Jakarta, Senin (5/8/2013) malam.
Nurhayati menuturkan, hubungan baiknya dengan masyarakat di dapil sudah terbangun jauh sebelum ia mencalonkan diri sebagai anggota legislatif. Saat itu, Wakil Ketua Umum Partai Demokrat ini aktif melakoni kegiatan bersama lembaga swadaya masyarakat yang bergerak di bidang sosial dan pemberdayaan perempuan.
Selain aktif terlibat dengan masyarakat kelas bawah, Nurhayati juga mengaku selalu menjadi wakil rakyat yang tak elitis, meski saat ini dirinya menjabat posisi penting di partai besar, dan di parlemen. Ia menolak mendapat pengawalan khusus saat bertemu dan berdialog dengan masyarakat, serta menyempatkan diri memenuhi undangan masyarakat dalam acara atau kegiatan tertentu. Semua dilakukan demi menciptakan dan merawat kedekatan dengan konstituen, serta menjadi penghubung aspirasi rakyat kecil.
"Semua berjalan dengan baik. Kalau ada acara masyarakat saya hadir, kalau diundang pernikahan saya hadir, semua sama dan tanpa protokoler. Prinsip saya bukan ingin membangun pagar, tapi jembatan untuk rakyat," ujarnya.
Hal senada juga disampaikan oleh Anggota Komisi III Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) Saan Mustopa. Dia mengaku tak pernah memiliki masalah dengan masyarakat, khususnya mereka yang menjadi konstituennya di daerah pemilihan (dapil) Jawa Barat VII yang mencakup Kabupaten Bekasi, Karawang, dan Purwakarta. Masyarakat di dapilnya, lanjut Saan, tak pernah meremehkan apalagi memandang sinis dirinya lantaran citra anggota DPR yang bobrok.
Wakil Sekretaris Jenderal Partai Demokrat ini lalu menegaskan, hubungan baiknya dengan masyarakat tercipta karena dirinya sering langsung turun ke bawah, mengunjungi, dan berdialog dengan masyarakat di dapilnya. Menurutnya, kepercayaan masyarakat nihil diperoleh bila politisi atau calon anggota DPR ogah-ogahan bertemu dengan masyarakat yang akan memilihnya.
"Sampai hari ini saya tidak punya pengalaman seperti itu (dilecehkan rakyat), ini soal intensitas sering ke dapil, sering komunikasi. Opini atau citra yang muncul bisa diperbaiki dengan komunikasi, tapi kalau tidak dikenal dengan konstituen pandangan (sinis) seperti itu bisa saja," kata Saan, di Senayan, Jakarta, Senin (5/8/2013) malam.
Pengakuan Nurhayati dan Saan ini berseberangan dengan apa yang dilontarkan oleh Anggota Komisi III DPR Martin Hutabarat. Menurut politisi Gerindra ini, banyak anggota DPR yang ikut menanggung akibat dari ulah oknum anggota DPR lainnya, terutama dalam hal kasus korupsi.
Martin menuturkan, saat mengunjungi konstituen di daerah pemilihan, dirinya sering dilecehkan dan dipandang dengan sinis. Masyarakat, kata Martin, telanjur menganggap bahwa seluruh politisi di Senayan pasti ikut bersekongkol dalam melakukan tindak pidana korupsi.
"Pandangan-pandangan miring seperti ini menjadi beban moral yang paling berat kalau kita bertemu dengan para konstituen di daerah pemilihan," kata Martin.