Ketua KPK Tanggapi Dingin Bantahan Ketua MK
Menurut Abraham, adalah hal yang lumrah semua tersangka atau terdakwa menyangkal seperti yang diutarakan Akil.
Penulis: Srihandriatmo Malau
Editor: Johnson Simanjuntak
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), Abraham Samad menanggapi dingin bantahan Ketua Mahkamah Konstitusi, Akil Mochtar yang menyatakan tidak mengenal anggota Komisi II DPR dari Golkar, Chairun Nisa dan pengusaha Cornelis Nalau.
Menurut Abraham, adalah hal yang lumrah semua tersangka atau terdakwa menyangkal seperti yang diutarakan Akil.
"Jadi begini semua tersangka, terdakwa ketika ditanya KPK selalu menyangkal. Bagi kita itu biasa," ujar Ketua KPK, Abraham Samad, di Halim Perdanakusuma, Jakarta, Sabtu (5/10/2013).
Namun, dia tegaskan, bahwa KPK mempunyai bukti yang mendukung dan bisa membuktikan bahwa Akil memang melakukan tindak pidana yang dipersangkakan kepadanya.
Chairun Nisa ditangkap di rumah Akil di Jl Widya Candra III No 7, Jakarta Selatan, Rabu (2/10) lalu.
Di rumah Akil, penyidik KPK juga menangkap Akil Mochtar dan pengusaha Cornelis Nalau. Penyidik juga mengamankan ratusan ribu dolar Singapura dan puluhan ribu dolar AS yang diduga menyuap Akil terkait sengketa Pilbup Gunung Mas, Kalimantan Tengah.
Sebelumnya, Ketua MK berkilah dengan mengatakan ada orang yang datang malam-malam ke rumahnya sekitar pukul 21.00 WIB. Dua orang yang datang itu adalah Chairunnisa dan pengusaha Cornelis Nalau yang mengaku dari Kalimantan Tengah.
Setelah ia diberitahu ada tamu yang datang ke rumahnya, ia pun keluar untuk menemui tamu tersebut yang menunggu di teras rumahnya. Tiba-tiba tim KPK datang dan langsung menangkapnya.
"Begitu saya keluar, ada orang-orang KPK. Nah digeledah dan dari penggeledahan itu di dapatlah itu (uang dalam bentuk dolar Singapura dan dolar AS)," kata Akil yang ditemui usai pemeriksaan di Gedung KPK, Jakarta, Kamis (3/10/2013).
Saat ditanya apakah ia merasa dijebak dalam penangkapan ini, ia mengaku tidak tahu maksud dan kepentingannya apa untuk menjebaknya. "Saya nggak tau, maksud dan kepentingannya apa," katanya.