Ayah Kapolri Sutarman tak Punya Televisi
Pelantikan Komjend Sutarman menjadi Kapolri, tak bisa disaksikan ayah kandungnya, meski hanya melalui layar televisi.
TRIBUNNEWS.COM, SOLO - Pelantikan Komisaris Jenderal (Komjen) Sutarman menjadi Kapolri menggantikan Jenderal Timur Pradopo, tak bisa disaksikan ayah kandungnya, Pawiro Miharjo (83), meski hanya melalui layar televisi.
Pria yang tinggal di Kabupaten Sukoharjo, Jawa Tengah, tersebut ternyata tak mempunyai pesawat televisi.
Sutarman dilantik menjadi Kapolri oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) di Istana Negara, Jumat (25/10) sore. Sebelumnya, Kepala Badan Reserse dan Kriminal (Kabareskrim) Polri tersebut lulus fit and proper test yang dilakukan Komisi III DPR.
Jumat sore, Pawiro Miharjo tetap melakukan aktivitas sehari-hari pada saat sang putra sulung dilantik m enjadi orang nomor satu di jajaran Polri. Ketika dikunjungi Tribunnews Network di kediamannya, RT 03, RW XI, Dukuh Dayu, Kelurahan Tawang, Kecamatan Weru, Kabupaten Sukoharjo, Pawiro hanya mengenakan kaus singlet putih dan celana pendek.
Mbah Pawiro, demikian ia biasa disapa, tengah mengumpulkan sampah berupa dedaunan di kebun dalam pekarangan rumah yang berpagar tembok tinggi.
"Saya sudah tua. Tidak punya televisi. Jadi nggak perlu menyaksikan pelantikan Tarman. Yang penting semua lancar dan sesuai harapan. Tadi pukul 14.15 Tarman sudah telepon saya minta doa restu dan menanyakan kabar kesehatan saya," kata Pawiro.
Pawiro mengaku, sebenarnya Sutarman mengajak dirinya ke Jakarta menumpang pesawat terbang untuk ikut menyaksikan pelantikan jadi Kapolri. Namun karena alasan sudah tua, Mbah Pawiro tidak bersedia.
Yang penting apa yang diidam-idamkan sudah menjadi kenyataan. Dalam pagar pekarangan rumahnya itu terdapat rumah tembok ukuran cukup besar milik adik Sutarman. Namun karena tak ada penghuninya, pintu digembok.
Tak pelak, pesawat televisi dalam rumah tersebut tak bisa ditonton. Mbah Pawiro juga mengaku tak menyimpan foto-foto kenangan masa kecil atau remaja Sutarman.
Bukan tak mau menyimpan kenang-kenangan namun karena memang tak punya foto atau dokumen. Sebagai orang kampung lugu yang hidup bertani di pelosok Sukoharjo, hal hal seperti itu tak pernah dipikirkannya.