Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Diembargo Amerika Saja Kita Susah, Apalagi Putus Hubungan Diplomatik

Usulan pemutusan hubungan diplomatik dengan Amerika terkait kasus penyadapan harus dikaji secara mendalam.

Penulis: Eri Komar Sinaga
Editor: Johnson Simanjuntak
zoom-in Diembargo Amerika Saja Kita Susah, Apalagi Putus Hubungan Diplomatik
NET
ilustrasi 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Berbicara mengenai Amerika Serikat adalah membicarakan negara adidaya. Oleh karena itu, usulan pemutusan hubungan diplomatik dengan Amerika terkait kasus penyadapan harus dikaji secara mendalam.

Jangan karena emosional Indonesia justru menderita kerugian yang jauh lebih besar dibandingkan dengan manfaat akibat pemutusan hubungan diplomatik.

"Amerika itu mau tidak mau kita berbicara mengenai negara besar lho yang memiliki kemampuan finance dan daya dukung militer dia yang global. Apakah kita siap untuk itu? Kita jangan lupa untuk ekspor saja untuk Amerika itu kan menjadi negara yang prioritas ekspor kan. Itu dalam konteks perdagangan," ujar Ganewati, pengamat hubungan internasional dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), di Warung Daun Cikini, Jakarta, Sabtu (9/11/2013).

Kedua, lanjut Ganewati, Amerika menguasi keamanan internasional dan regional yang ditunjang oleh kemampuan militernya. Bagaimana nasib kepentingan Indonesia di Laut Cina Selatan jika tidak mendapat dukungan keamanan dari Amerika? Tentu ini menjadi kajian menarik.

"Dalam konteks keamanan regional apa kah kita akan mampu, kita tidak punya back up Amerika untuk menghadapi Laut Cina Selatan. Kita lihat saja ketika Amerika embargo militer kita bagaimana susahnya kita mengganti suku cadang. Itu hanya satu skrup dalam konteks hubungan dalam Amerika karena semua peralatan kita buatan amerika. Kita mau gagah-gahanan, secara ril memang kita ada kertergantungam (karena) alutsista kita itu sebagian besar dari Amerika," kata dia.

Ganewati pun mengatakan agar Pemerintah mengambil sisi positif dari penyadapan yang dilakukan Amerika Serikat dan Australia. Misalnya dengan pembenahan di internal sendiri agar informasi-informasi yang bersifat rahasia tidak bocor.

Ganewati mengatakan Indonesia masih, khususnya kementerian luar negeri, masih lemah dalam teknologi informasi dan mengatasi cyber crime.

Berita Rekomendasi

"Kementerian luar negeri kan kita lihat tidak ada bagian khusus dia yang cyber crime atau TI super canggihlah seperti itu. Sisi positif kasus ini adalah kedepannya kita ke depan ada lesson untuk tidak seperti itu lagi. Kita menangkal dengan meningkatkan kemampuan kita kapabilitas kita sendiri," kata Ganewati.

Sumber: TribunJakarta
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas